6 Kategori Saham Menurut Peter Lynch (Bagian 1)

Peter Lynch dari WSJ

“Kamu harus paham apa yang kamu beli”, salah satu nasihat terkenal Peter Lynch yang selalu saya ingat. Intinya jangan ikut-ikutan, jangan asal-asalan, atau jangan tebak-tebakan dalam membeli saham.


Siapa sih Peter Lynch? Dia adalah orang Amerika yang juga salah satu investor paling sukses sepanjang masa. Lynch menghasilkan CAGR 29% sepanjang 13 tahun (1977-1990).


Dalam bukunya ‘One Up on Wall Street’, Lynch mengelompokkan saham dalam 6 jenis kategori: slow growers, stalwarts, fast growers, cyclicals, asset plays, dan turnarounds. Berikut penjelasannya selengkapnya:


1. Saham slow growers


Saham-saham slow growers biasanya adalah perusahaan besar yang sudah lama berdiri dan sudah mature. Pertumbuhan slow growers diekspektasikan sedikit di atas pertumbuhan Produk Nasional Bruto (GNP), tapi juga tidak mencapai double digit.


Satu ciri yang paling jelas dari jenis slow growers, menurut Lynch, adalah pembagian dividen yang rutin dan dalam jumlah besar. Di BEI mungkin saya akan teringat UNVR (Unilever) dan ASII (Astra International).


Tentu saja satu perusahaan tidak langsung jadi slow growers, mereka biasanya berawal dari fast growers yang sudah masuk masa jenuhnya, mereka sudah berhasil memanfaatkan potensi dan momentum mereka.


Peter Lynch mencontohkan tentang industri electric utilities. Dia bilang pada tahun 50an sampai 60an, perusahaan-perusahaan di industri ini termasuk fast growers. Kala itu banyak orang mulai memasang alat-alat rumah tangga bertenaga listrik. Perusahaan pun akhirnya melakukan banyak ekspansi. 


Tapi, seiring berjalannya waktu, orang-orang mulai sadar bahwa mereka harus berhemat di tengah semakin mahalnya harga listrik. Akhirnya perusahaan-perusahaan ini pun kehilangan momentumnya. Cepat atau lambat, kata Lynch, fast growers akan jadi slow growers.


Baca juga: Tentang Saham BTPS, Emiten Si Paling Mikro


2. Saham stalwarts


Stalwarts berisi saham-saham yang sudah tidak bertumbuh signifikan, tapi pertumbuhannya masih di atas GNP dan para slow growers. Pertumbuhannya sekitar 10-12% per tahun. “Kita bisa mengeruk keuntungan besar dari saham jenis ini tergantung kapan dan di harga berapa kita membelinya,” kata Lynch.


Lynch mencontohkan saham stalwarts dua di antaranya adalah Coca Cola dan Bristol-Myers. Kalau di BEI, sepertinya saya akan mencontohkan di antaranya BBRI dan BBCA.


Mayoritas stalwarts adalah perusahaan-perusahaan dengan market cap besar yang kecil kemungkinan kita akan meraih bagger dalam 1-2 tahun, kecuali ada kondisi ‘luar biasa’ macam pandemi Covid-19.


Lynch menyarankan kalau kita memegang saham jenis ini, dan sahamnya tumbuh 50% dalam setahun, sebenarnya menjadi tanda bahwa “sepertinya sudah saatnya taking profit”.


Lynch membocorkan bahwa saham jenis stalwarts adalah termasuk saham yang selalu ada di portofolionya. Alasannya karena saham jenis ini biasanya sangat tahan di masa yang sulit (resesi, pandemi, dll).


Baca juga: Saham SMDR Multibagger, Profit 335%


3. Saham fast growers


Fast growers adalah perusahaan-perusahaan baru yang kecil secara market cap dan agresif. Pertumbuhannya sekitar 20-25% per tahun. Jika kita memilihnya dengan hati-hati, kita bisa saja mendapatkan multi-bagger dari saham jenis ini.


Lynch mengatakan fast growers tidak selalu berhubungan dengan industri yang sedang bertumbuh cepat. Sepanjang perusahaan bisa memanfaatkan celah ekspansi, industri yang sedang lesu bukanlah alasan untuk jadi slow growers.


Di BEI, saya teringat ARNA (PT Arwana Citramulia Tbk), perusahaan penghasil keramik yang manajemennya pintar melakukan efisiensi dan memanfaatkan celah regulasi, sebuah ‘wonderful company’ kalau meminjam istilah Warren Buffet.


Resiko saham-saham fast growers, menurut Lynch, adalah jika mereka terlalu bersemangat atau kekurangan pendanaan. Mereka akan kehabisan stamina dan berakhir jadi slow growers lebih cepat dari yang seharusnya. Tapi, sepanjang emiten-emiten ini bisa menjaga ritmenya, maka mereka tetap akan jadi ‘big winner’ di pasar modal.


(to be continued)


Baca juga6 Kategori Saham Menurut Peter Lynch (Bagian 2)

 

Disclaimer: Semua saham yang dibahas di blog ini, di postingan mana pun, bukan ajakan untuk membeli atau tidak membeli. Resiko investasi pada diri masing-masing.

 

Sumber foto: The Wall Street Journal

Bagikan artikel ini
Terbaru
seneca

Luck is what happens when preparation meets opportunity

- Seneca -
Mau dikirimin artikel terbaru dong!

Leave a Comment

Your email address will not be published.

Jumlah TikTokers di Indonesia lebih dari 100 juta akun, salah satu yang terbanyak di dunia. Saya seakan tidak punya alasan untuk melewatkan TikTok sebagai media belajar dan sharing. Jadi, ketemu di sana juga yuk!

KENALAN YUK

Jika merasa konten di sini bermanfaat, minta tolong di-share ya artikelnya. Saya juga terbuka kalau teman-teman ingin berdiskusi.

kirim email