Hukum Karma, Hukum Sebab Akibat

Ilustrasi karma (Buddha)

“Liatin aja, nanti kena hukum karma”. Pernah nggak sih kita denger kalimat semacam itu kalau sesuatu yang buruk baru aja terjadi? Bukan pernah lagi, mungkin ‘sering’ lebih cocok ya.


Misalnya saat karya kita diklaim orang lain, biasanya reaksi demikian jadi reaksi umum dan nggak akan dianggap berlebihan. Intinya sih kita berharap karma akan bekerja pada orang-orang tidak baik.


Namun, pernah nggak sih mendengar ada yang bilang “lagi kena karma tuh” ketika seseorang meraih sesuatu yang (sepertinya) positif, misalnya naik jabatan, dagangannya laku keras, dan sejenisnya. Kayaknya jarang sekali ya. Padahal, karma itu sebenarnya ada dua: karma baik dan karma buruk.


Baca juga: Menduniakan sedekah


Apa sih karma itu?


Disclaimer, tulisan kali ini tidak terbatas ditujukan untuk latar belakang agama tertentu. Kebetulan saja ide tulisannya berasal dari hukum sebab-akibat yang secara spesifik disebut hukum karma dalam agama Buddha.


Satu hukum tak tertulis dalam hidup yang selalu saya yakini adalah hukum sebab akibat ini. Jika kita berbuat baik, tinggal tunggu dampak atau konsekuensinya. Jika kita jahat, tinggal tunggu juga. Dampaknya berbentuk apa, nggak ada yang tahu.


Sang Buddha sendiri mengajarkan tentang konsep karma ini selama 45 tahun. Jadi tentu tulisan ini tidak akan bisa merangkum semuanya. Hukum sebab akibat adalah rumit dan luas sekali uraiannya.


Saya beberapa kali mendengarkan ceramah dari para Bhikkhu tentang konsep ini. Salah satunya ceramah dari Y. M. Bhikkhu Uttamo Mahathera (Bhante Uttamo).


Dalam beberapa ceramahnya, Bhante Uttamo menerangkan bahwa ‘karma adalah melakukan sesuatu dengan niat tertentu’. Jadi karma adalah tentang niat. 


Nah, akibat dari sebuah karma adalah ‘buah karma’, buah karma bisa baik, bisa buruk.


Apakah karma akan langsung berbuah? Beliau bilang kadang butuh waktu, kadang bisa langsung. Karma juga tidak bekerja bahwa apa yang kita tuai adalah akan selalu sama dengan apa yang kita niatkan sebelumnya.


Misalnya kita membantu menyebrangkan seseorang di jalan, buah karmanya belum tentu kita disebrangkan juga. Kita tersenyum pada orang, buahnya belum tentu disenyumi balik.


Tapi intinya ajaran Buddha menekankan bahwa tanam padi tumbuh padi, tanam jagung tumbuh jagung. Tidak mungkin tanam padi tumbuh yang lain. “Ibarat tanam padi tumbuh padi, butuh 3 bulan untuk tumbuh,” kata Bhante Uttamo.


Cerita soal karma


Bhante Uttamo pernah bercerita tentang seseorang yang membeli 5 potong tempe di warung kecil dengan harga per potong adalah Rp200. Saat akan membayar, orang ini mengaku ke tukang warung kalau dia hanya memakan 3 potong alias Rp600.

“‘Kan nggak apa-apa ya Bhante (nilep Rp400)? Nanti kalau uang saya sudah banyak, hilang Rp400 dari harta saya, ya nggak seberapa’,” Bhante menirukan perkataan orang itu.


Bhante mengatakan bahwa sebenarnya orang ini pandai, mengerti konsep karma, tapi sesat. “Memang Rp 400 itu kecil, tapi berapa keuntungan ibu warung dalam sehari? Keuntungan dia Rp4.000, artinya kamu ambil 10% keuntungannya. Kamu siap harta kamu hilang 10%?”


Selalu berpikir baik


Bhante Uttamo berpesan bahwa karma bukanlah takdir, karma bisa diubah, dengan serta merta terus mengembangkan kebajikan.


“Apa yang kita lakukan dengan badan, ucapan, dan pikiran, bisa mengubah jalan hidup kita. Makanya kita harus hati-hati, jangan sembarangan melakukan kejahatan, sekalipun dengan pikiran,” kata Bhante.


Bhante mengatakan kejahatan dengan perbuatan dan ucapan cenderung mudah dihindari, tapi kejahatan dengan pikiran, sangat sulit dilakukan. Lalu harus bagaimana? Membiasakan berpikir positif sejak di pikiran.


Caranya? Salah satunya dengan mengisi pikiran dengan kata-kata yang baik, misalnya “semoga semua makhluk berbahagia”.


Baca juga: Teruslah memberi, teruslah jadi orang baik


Demikian tulisan kali ini, semoga bisa bermanfaat, karena buat saya sendiri, tulisan ini sangat bermanfaat sebagai pengingat bahwa apa yang kita tanam, akan selalu jadi apa yang kita panen.


Photo by Niranjan _ Photographs on Unsplash

Bagikan artikel ini
Terbaru
seneca

Luck is what happens when preparation meets opportunity

- Seneca -
Mau dikirimin artikel terbaru dong!

Jumlah TikTokers di Indonesia lebih dari 100 juta akun, salah satu yang terbanyak di dunia. Saya seakan tidak punya alasan untuk melewatkan TikTok sebagai media belajar dan sharing. Jadi, ketemu di sana juga yuk!

KENALAN YUK

Jika merasa konten di sini bermanfaat, minta tolong di-share ya artikelnya. Saya juga terbuka kalau teman-teman ingin berdiskusi.

kirim email