Bicara soal saham BTPS (PT Bank BTPN Syariah Tbk), tidak bisa tidak kita bicara mengenai segmen mikro dan ultra mikro. Kejelian memanfaatkan peluang dan eksekusi yang cemerlang mengantarkan BTPS menjadi salah satu bank dengan kinerja terbaik di Indonesia saat ini.
Melalui artikel ini, saya akan coba memperkenalkan sejumlah sisi dari emiten yang baru berdiri 8 tahun lalu ini. Yuk ikuti selengkapnya!
1. Sekilas Bank BTPN Syariah (BTPS)
PT Bank BTPN Syariah Tbk awalnya adalah unit bisnis syariah dari PT Bank BTPN Tbk (BTPN) yang dibentuk sekitar tahun 2010. Empat tahun setelahnya, dilakukan spin of dan terbentuklah PT Bank BTPN Syariah Tbk. Sampai akhirnya, PT Bank BTPN Syariah Tbk resmi melantai di bursa (IPO) dengan kode BTPS.
Saat itu, harga IPO-nya adalah 975 per lembar. Fyi, harga saham BTPS per penutupan 4 November 2022 adalah 3.230.
Kepemilikan saham BTPS update kuartal III 2022 adalah: 70% PT Bank BTPN Tbk, 29,98% adalah publik, dan 0,02% adalah saham treasuri.
2. Model bisnis BTPS
Pernah dengar Grameen Bank “bank orang miskin” dari Bangladesh? Pendirinya, Muhammad Yunus, diganjar nobel ekonomi pada 2006. Dia dianggap berhasil mengeluarkan jutaan rakyat Bangladesh dari kemiskinan.
Nah, BTPS memiliki model bisnis serupa dengan Grameen Bank yang terkenal ini. Nasabah BTPS adalah golongan pra-sejahtera yang sulit mengakses pinjaman dari bank, seperti misalnya penjual gado-gado, penjual keripik keliling, penjual jajanan di depan SD, dan sejenisnya.
Menurut materi public expose BTPS tahun 2022, 100% nasabah BTPS adalah perempuan. Karena nasabah mereka adalah pra-sejahtera, maka pinjaman yang diberikan adalah pinjaman tanpa agunan.
Karyawan BTPS yang menemui nasabah atau calon nasabah disebut Community Officer (CO). Jangan bayangkan bahwa para CO yang mayoritas wanita ini menemui nasabah dengan setelah jas atau berdasi ya, mereka tentu akan menyesuaikan.
Pada CO ini mulai dari menjelaskan skema pinjaman, menagih cicilan, sampai mengadakan gathering dan pelatihan untuk para nasabah agar terus berkembang dan termotivasi untuk memperbaiki taraf hidupnya.
Sebagai perbankan syariah, skema yang dipakai adalah ‘bagi hasil’. Karena memiliki model bisnis yang lebih beresiko, maka margin yang dipatok BTPS pada nasabah pun cenderung lebih tinggi, di atas 20%.
3. Saingan dan potensi pasar BTPS
Bagaimana dengan saingan? Secara infrastruktur, sepertinya ‘saingan’ BTPS saat ini adalah BRI dengan trio BRI-Pegadaian-PNM. Namun ingat, ada kalanya persaingan bisa berujung pada kolaborasi. Kita lihat saja.
“Pangsa segmen ini masih luas sehingga dengan pangsa yang luas banyak hal yang bisa dikejar. Aspirasi perseroan adalah memberikan service beyond banking, memberikan service menjadi lebih baik sehingga memberikan kepuasan terhadap nasabah dan kesejahteraan lebih baik,” jelas direksi BTPS dalam pubex 2022.
BRI dalam paparan publiknya pada Februari 2021 menyebut masih ada 18 juta pelaku usaha ultra-mikro yang belum terlayani lembaga pembiayaan.
Nah, sekarang kita coba lakukan perhitungan kasar.
Berdasarkan laporan keuangan kuartal III 2022, BTPS sudah menyalurkan pembiayaan sekitar Rp11,3 triliun. Lalu, berdasarkan pubex September 2022, total nasabah aktif BTPS adalah 4,15 juta orang. Artinya, satu orang nasabah (hanya) meminjam sekitar Rp2.700.000.
Kembali ke angka 18 juta nasabah potensial versi BRI, katakanlah BTPS hanya menargetkan pembiayaan ke sepertiga dari jumlah itu yakni 6 juta nasabah. Artinya masih ada potensial pendapatan untuk BTPS sebesar: Rp2.700.000 x 6 juta orang = Rp 16,2 triliun.
Wow. Belum lagi jika nasabah aktif saat ini melakukan pinjaman ulang karena usahanya “scale-up”. Makin besar lagi potensi pendapatan BTPS di masa depan.
4. Kinerja BTPS dalam 4 tahun terakhir
Sejak IPO pada 2018, BTPS bisa dibilang memiliki kinerja yang kinclong dengan Return on Equity (ROE) hampir selalu di atas 20%.
Net Operating Margin (NOM) BTPS juga termasuk tinggi dan bersaing dengan bank-bank besar lain. Berikut adalah data yang divisualisasi oleh Mirae Asset Sekuritas:
Ekuitas BPTS terus bertumbuh dengan baik dari awalnya sekitar Rp3 triliun saat IPO di 2018 menjadi sekitar Rp7,9 triliun per September 2022. Mantul, bertumbuh lebih dari 100% dalam kurang dari 5 tahun.
Bagaimana dengan Non Performing Financing (NPF) atau pembiayaan bermasalah BTPS? Berdasarkan laporan keuangan kuartal III 2022, NPF BTPS adalah 2,38%. Kalau kita hitung dari total pembiayaan Rp11,3 triliun artinya kredit bermasalahnya sekitar Rp269 miliar.

Untuk mengantisipasi ini, BTPS sudah mencadangkan Rp676,2 miliar dalam bentuk “Cadangan kerugian penurunan nilai”. Sudah lebih dari cukup untuk menjadi bantal pengaman kredit bermasalah.
Melalui digitalisasi dan pembentukan BTPN Syariah Venture Capital, BTPS mencoba terus meningkatkan jumlah dana pihak ketiga sekaligus meningkatkan rasio duit murahnya.
Baca juga: Nabung saham: Tertolong Medco, terjebak Mark
5. Resiko pembiayaan BTPS
Dari tadi kayaknya bahas kelebihan BTPS terus deh, lalu kekurangannya apa? Apalagi sekarang BBM udah naik dan inflasi juga naik, bukannya nasabah BTPS termasuk kelompok yang rentan?
Nah, dalam pubex 2022, direksi sudah menjawab pertanyaan ini. BTPS bilang karena usaha yang dijalankan nasabah adalah satu-satunya sumber hidup mereka, maka BTPS optimis kalo nasabah bakal menuhin kewajiban pinjamannya.
Sisi lain, BTPS juga berjanji akan menetapkan margin yang flat pada nasabahnya meskipun suku bunga acuan terus naik.
Terus margin keuntungan menipis dong? Iya, tapi BTPS yakin dengan kenaikan suku bunga artinya ekonomi juga semakin bertumbuh, sehingga menyebabkan penambahan cadangan cost of credit atau cadangan pembiayaan menjadi semakin baik.
Penutup
Setelah membaca beberapa poin di atas, apakah saham BTPS layak dikoleksi di portofolio sebagai alternatif saham perbankan? Hmm.. Kembali ke preferensi masing-masing. Saya pribadi tidak akan membahas valuasi atau harga saham BTPS di sini. Apakah kinerja BTPS bagus? Ya. Tapi ada banyak pertimbangan lain untuk sampai tahap membeli. Anda yang menentukannya.
Disclaimer: Semua saham yang dibahas di blog ini, di postingan mana pun, bukan ajakan untuk membeli atau tidak membeli. Resiko investasi pada diri masing-masing. Jika ada tulisan kurang berkenan silakan hubungi kami.
Sumber foto: BTPN Syariah website