Film Emily The Criminal memang bukan based on true story, tapi alur ceritanya terasa sangat dekat dengan kehidupan sebagian kita. Penghasilan pas-pasan, hutang menumpuk. Combo.
Gak ada sosok pahlawan di film berdurasi 1,5 jam ini. Justru kita diingetin lagi soal kapitalisme yang tanpa ampun menghukum siapapun yang gagal beradaptasi atau bersaing.
Emily The Criminal Tentang Apa?
Sama seperti judulnya, film ini bercerita tentang jatuh bangun hidup Emily Benetto (Aubrey Plaza). Emily bekerja sebagai pengantar makanan dengan upah rendah yang dikejar-kejar pinjaman mahasiswa (student loan) yang jumlahnya sekitar Rp1 miliar.
Sisi lain, Emily gak bisa cari kerja lebih proper karena dia gak lulus di kuliah seninya. Dia harus berurusan dengan hukum di tengah masa kuliah karena terbukti bersalah memukul pacarnya.
Baca juga: The Good Place: Manusia, Alam Baka, dan Lelucon Renyah
Gagal lulus ditambah pinjaman mahasiswa menggunung. Ironi.
Meski gak lulus, sebenarnya dia berbakat menggambar. Tapi, ‘kemewahan’ hidup jadi seniman emang bukan buat semua orang. Emily tau itu. Dia harus realistis.
Sampai satu hari, rekan kerjanya di restoran menghubungkan dia dengan pekerjaan “mudah-tapi-melanggar-hukum” dengan upah awal $200.
Di sini lah dia mulai terhubung dengan jaringan kriminal kartu kredit curian yang dikelola, salah satunya, oleh Youcef (Theo Rossi). Terhubung yang menjadi terlalu jauh.
Kebutuhan hidup yang mendesak dan upah yang lumayan membuat Emily semakin sulit keluar dari lingkaran kriminal. Ditambah lagi, dia malah jatuh cinta sama Youcef, begitu pun sebaliknya.
Baca juga: Detective Conan: The Black Iron Submarine
Emily Terasa Begitu Real
Hidup Emily emang terkesan menyimpang karena kriminalitasnya. Tapi, setiap pilihan-pilihan yang dia buat terasa begitu real, begitu dekat sama apa yang terjadi di sekitar kita.
Mungkin apa yang Emily putuskan, akan jadi keputusan kita juga kalo kita ada di situasi yang sama.
Plot film ini sederhana. Mencoba membuat anak muda Amerika kembali menapak tanah. Sebenarnya gak cuma anak muda Amerika, tapi semua anak muda di mana pun.
Gak selamanya mimpi itu bisa terwujud. Ada satu titik kehidupan membelakangi kita. Di titik itulah, kita harus berdamai.
Meski film ini bertempat di Amerika Serikat, tapi di mana pun kita menontonnya, kisah Emily begitu relevan dan realistis. Emosional.
Tonton deh.
Terima kasih banyak sudah membaca artikelnya sampai ujung. Jika merasa isinya bermanfaat, silakan di-share ya. Sebaliknya, jika ada yang kurang berkenan atau ada kesalahan informasi, silakan hubungi email atau sosial media tertera.