Setelah Satu Tahun Program Nabung Saham

Program Nabung Saham 2022

Program Nabung Saham (Pronas) melewati tahun pertamanya. Banyak pelajaran yang bisa diambil dalam 12 bulan perjalanan ini.


Sekilas tentang Pronas, Pronas ini dimulai pada 1 Januari 2022 dengan modal Rp1.200.000. Saya akan terus menambah modalnya jika ada ‘uang dingin’ di luar kebutuhan pokok dan investasi utama saya. Terbaru, modalnya bertambah jadi Rp4.800.000, dengan sekitar 14% masih berbentuk cash, alias belum tahu akan dibelikan saham apa.


Di Pronas ini, saya akan secara terbuka memberitahukan saham-saham yang saya beli dan jual, disertai harga rata-ratanya. Kadang-kadang saya juga akan mencoba menjelaskan alasan pembelian dan penjualannya.


Disclaimer! Pronas ini bukan ajakan kepada pembaca untuk membeli atau tidak membeli saham tertentu. Saya hanya ingin ‘mendokumentasikan’ hasil belajar analisa fundamental saya selama kira-kira 3 tahun ke belakang. 


Sejauh ini, ada keputusan tepat dan kurang tepat yang saya ambil. Namun, itu semua benar-benar jadi pengalaman berharga agar lebih baik ke depan. 


Untuk investasi saham sendiri, saya termasuk orang yang ‘beli saja dulu’, selama pertimbangannya terukur, dan sepanjang ada uangnya. Hehe. Pokoknya jangan terlalu panjang menimbang-nimbang sampai akhirnya terlewat banyak kesempatan. 

 

Namun, harus digarisbawahi juga bahwa saya memakai uang dingin di Pronas ini.  Jangan pernah berinvestasi saham (apalagi nebak-nebak beli saham) menggunakan uang kebutuhan sehari-hari, uang cicilan, dan uang-uang untuk hal penting lainnya.


Baca juga: 6 Kategori Saham Menurut Peter Lynch

 

Melewatkan kesempatan bagger di SMDM


Ok, saya akan coba membahas beberapa saham yang sempat saya transaksikan di 2022. Saya akan mulai dengan saham properti PT Suryamas Dutamakmur Tbk (SMDM). Saya membeli SMDM pada Januari di harga rata-rata 170an.


Meski yakin harganya murah secara valuasi, namun saya belum terlalu yakin dengan prospek kinerjanya. Akhirnya, saya jual 2 bulan kemudian di harga rata-rata 180an, alias profit sekitar 6%. Not bad sebenarnya.


Tapi, seandainya saya lebih sabar, saya bisa mendapat return sekitar 170% ketika harga SMDM menyentuh all time high-nya di 470 pada Oktober 2022.


Sedikit menyesal sih, tapi sejauh ini penilaian saya pada SMDM tetap sama. Jadi, meskipun di akhir 2022 harganya kembali terjun dan menyentuh 170an, saya belum tertarik untuk masuk lagi.


Jual saham BBCA demi MEDC

 

Saya sempat memiliki saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) pada Maret 2022 tapi menjualnya 5 bulan kemudian. Saat itu, saya butuh dana untuk membeli saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC). Opportunity cost adalah alasan di baliknya.


Tidak hanya BBCA, saya juga merelakan IPCC dan MTDL, demi MEDC. Sepertinya, ini keputusan yang tepat, sejauh ini, karena per tulisan ini dibuat (1 Januari 2023), saham MEDC saya sudah floating profit 69%.


Saya meyakini bahwa 2023, untuk sejumlah alasan, MEDC dan emiten energi lain masih akan manggung. Saya belum ada rencana menjualnya, kecuali saya menemukan opportunity cost lain di tengah jalan.


Mari lanjut ke emiten berikutnya, PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK).

 

Baca juga: Tertolong Medco, terjebak Mark

 

Masih yakin sama MARK?

 

Berdasarkan laporan tahunan perseroan tahun 2021, MARK menguasai 40% pangsa pasar cetakan sarung tangan dunia. Meredanya pandemi kemungkinan jadi alasan utama penjualan MARK melambat dan harga sahamnya sempoyongan.


Perusahaan-perusahaan pembeli produk MARK masih kelebihan stok yang ujungnya berimbas pada menurunnya aktivitas produksi sarung tangan mereka.


MARK termasuk emiten fast grower dalam beberapa tahun belakangan. Secara tahunan, ROE-nya hampir selalu di atas 20%. Apakah sekarang MARK sudah berubah jadi stalwart bahkan slow grower? Saya kira belum.


Menurut saya lebih pada pandemi terlalu ‘mengejutkan’ in a positive way untuk MARK. Pendapatan MARK melesat tajam, kesempatan yang mungkin sulit terulang dalam jangka dekat. Jadi menurut saya wajar ketika Covid-19 melandai kinerja MARK ikut melambat. However, it still needs to be monitored closely.


Seperti pernah saya tulis sebelumnya, MARK memang perusahaan wonderful, penguasa pasar, ekspansif, rajin bagi dividen secara wajar, dan sebagainya. Namun, saya membeli MARK di harga yang terlalu premium. Pelajaran yang sangat berharga.


Selalu ingat untuk membeli saham bagus di harga bagus.


Apakah penurunan harga saham MARK sekitar 40% secara year to date bisa dimaklumi? Hmm.. tergantung resiko investasi masing-masing. Apakah saya akan cutloss? atau justru averaging downLet’s see

 

Dua emiten baru


Terakhir kali saya update tentang Pronas adalah pada akhir kuartal ke-3 2022. Nah, sepanjang kuartal ke-4, saya membeli dua saham baru. Jadi, kini ada 8 emiten. Delapan emiten untuk modal Rp4,8 juta terlalu banyak sebenarnya. Jangan ditiru ya. Hehe.


Dua emiten baru itu adalah:

1. BLUE (289)
2. ULTJ (1378)


Sementara lima emiten lama adalah:

3. BISI (995)
4. BJTM (710)
5. BSDE (947)
6. IGAR (435)
7. MARK (931)
8. MEDC (600)


Baca juga: Akhirnya Kalahkan IHSG

 

Return investasi sepanjang 2022


Sekarang mari kita bahas mengenai return (imbal hasil). Sayangnya, kinerja Pronas masih di bawah IHSG, yakni 1,22%, sementara IHSG naik 4,09% secara year to date. Meski mungil, sejujurnya saya cukup puas dengan apa yang saya lalui di tahun pertama program ini.


Saya excited menatap tahun 2023. Di tengah prediksi yang kurang baik mengenai ekonomi global, saya memilih fokus pada kinerja dan prospek perusahaan yang akan atau telah saya beli saja.


Terakhir, saya akan update mengenai program ini lagi setidaknya pada akhir kuartal pertama 2023. Saya akan perbarui apakah ada saham yang saya beli atau jual, termasuk juga returnnya, dan catatan-catatan lainnya.


Btw, selamat tahun baru 2023! 


Disclaimer (lagi): Semua saham yang dibahas di blog ini, di artikel mana pun, BUKAN ajakan untuk membeli atau tidak membeli saham tertentu. Resiko investasi pada diri Anda masing-masing.

 

Sumber Foto: David Travis on Unsplash

Bagikan artikel ini
Terbaru
seneca

Luck is what happens when preparation meets opportunity

- Seneca -
Mau dikirimin artikel terbaru dong!

Jumlah TikTokers di Indonesia lebih dari 100 juta akun, salah satu yang terbanyak di dunia. Saya seakan tidak punya alasan untuk melewatkan TikTok sebagai media belajar dan sharing. Jadi, ketemu di sana juga yuk!

KENALAN YUK

Jika merasa konten di sini bermanfaat, minta tolong di-share ya artikelnya. Saya juga terbuka kalau teman-teman ingin berdiskusi.

kirim email