Ngomongin industri media, belasan tahun lalu, berseragam hitam-hitam khas kru Trans7 dan Trans TV adalah impian bagi sebagian anak muda. Saya sih menilai seperti itu.
Sampai akhirnya sekitar 2013, salah satu figur berpengaruh di Trans, Wishnutama, memilih hengkang dan membangun stasiun TV baru yang sekarang kita kenal dengan nama NET TV. Gak sedikit kru trans yang “dibajak” dari Tendean ke Mega Kuningan saat itu.
Program-program NET menawarkan sesuatu yang baru, modern, dan berjiwa muda. Pelan tapi pasti, seragam biru dongker-nya NET menjadi lebih bermagnet untuk para fresh graduate.
Sayangnya, bertahun-tahun mengudara, program-program tersebut belum sanggup menahan penonton NET lama-lama duduk di depan TV. Alhasil, kinerja perusahaan pun terseok-seok karena pendapatan iklan yang cenderung terus menurun.
Wait, sebelum kita bahas lebih jauh, disclaimer dulu: Semua saham yang disebutkan di blog ini, di postingan mana pun, bukan ajakan untuk membeli atau tidak membeli. Resiko investasi pada diri masing-masing.
Yuk, lanjut!
Bagaimana Kinerja NET?
PT Net Visi Media Tbk (NETV) gagal meraih untung setidaknya dalam 5 tahun terakhir sejak 2018. Manajemen mengatakan pendapatan perusahaan sepanjang 2022 turun 10,5% dibanding 2021 karena turunnya pendapatan iklan sebesar Rp86,6 miliar. Mau tidak mau penghematan, terutama di segi beban program in house, harus dilakukan.
Kalau kita lihat laporan keuangan terbaru NET (semester 1 tahun 2023), 86% pendapatan mereka berasal dari iklan televisi, sisanya dari segmen digital dan “lain-lain”. Segmen digital ini termasuk di antaranya YouTube dan NET Verse.
Seperti diketahui, jumlah subcsribers dari akun-akun YouTube yang dikelola NET mencapai puluhan juta. Lebih tinggi dari subscribers stasiun-stasiun TV lain. Salah satu penyumbang terbanyak adalah program Tonight Show dengan 5 juta lebih subscribers.
Soal NET Verse, kayaknya manajemen masih seputar memproduksi konten-konten eksklusif dan memperbanyak subscribers serta download. Ke depan, baru akan berusaha mengoptimalkan monetasinya. Menarik ditunggu soal monetasi ini di tengah sudah banyaknya aplikasi yang gak jauh beda.
“NET.VERSE telah berhasil mendapatkan total subscribers sebanyak 1,5 juta. lnvestasi pada platform NET.VERSE ini merupakan investasi strategis berorientasi jangka panjang,” kata manajemen dalam paparan publik, Juni 2023.
Baca juga: Saya Masih Percaya MAPA
Utang Numpuk NET TV
Saya mau bahas sedikit soal utang berbunga NET. Berdasarkan data terbaru, jumlah utang berbunganya mencapai Rp1,1 triliun atau 61% dari total liabilitas. Beban bunga yang harus dibayar NET sendiri adalah sekitar Rp7,5 miliar per bulannya.
Saham Group GOTO Menyusut
Pada 2017, Tokopedia membeli Mandatory Convertible Bonds (MCB) NET melalui PT Semangat Bambu Runcing (SBR) dengan nilai sekitar Rp405 miliar. Ketika NET IPO pada awal 2022, MCB itu dikonversi menjadi 2.066.326.531 lembar saham dengan kepemilikan 8,81%.
Menariknya, sejak awal Juli 2023, SBR pelan-pelan menjual saham NET yang mereka miliki. Total 3.345.200 lembar saham sudah dijual sejauh ini atau 0,16% dari total kepemilikan.
Apakah ini signal buruk? Tergantung sih. Jual saham bisa banyak alasannya, dan gak selalu buruk.
Sebagai informasi, ketika mendirikan NET sekitar 10 tahun lalu, Wishnutama berkolaborasi dengan Agus Lasmono. Agus adalah bos Indika Group sekaligus anak dari salah satu orang terkaya di era order baru: Alm. Sudwikatmono Prawirodihardjo.
Berikut komposisi kepemilikan saham NET TV per Juni 2023:
Ada juga rumor di media yang mengatakan kalau MD Pictures (FILM) bakal mengakuisisi NET. Gara-gara rumor ini, harga saham NET terpantau menanjak sekitar 36% pada awal Juni 2023.
Baca juga: Eastparc Hotel yang Gercep Rilis Laporan Keuangan
Harga Saham NETV
Harga saham NET naik super tinggi sebulan setelah IPO ketika obligasi group GOTO resmi dikonversi jadi saham. Harganya naik hampir 200% ke titik tertingginya di 700an.
Setelah itu, harganya terus turun karena tak didukung kinerja yang baik. Bahkan harganya mencapai titik terendah di 130an. Sebelum akhirnya naik lagi karena sentimen dari akuisisi oleh FILM.
Selain sektor infrastruktur, sektor media juga salah satu sektor yang kinerjanya kurang menjanjikan belakangan ini. Dua sektor yang “nggak dulu” untuk investasi. Karena bagaimana pun, saya termasuk yang percaya, dalam jangka panjang, harga saham akan selalu mengekor fundamentalnya.
Strategi Manajemen NET
Saya memilih gak bahas valuasi di artikel ini. Nanti kita itung lagi aja pas perusahaan udah mulai untung.
Secara fundamental, saat ini NETV memang bukan pilihan bijak untuk investasi. Namun, bukan gak mungkin emiten ini bakal bangkit dan jadi saham turnaround. Tinggal kita tunggu aja hasil dari implementasi strategi manajemen sejauh ini.
Salah satu strategi perusahaan adalah perluasan segmen penonton terutama ke segmen anak-anak dan keluarga. Jika melihat usia penonton channel-channel YouTube NET memang sekitar 70% berusia antara 18-34 tahun. Penambahan konten-konten eksklusif di NET Verse adalah strategi lainnya. Gak lupa juga, rencana monetasi platform tersebut.
So, we’ll see.
Terima kasih banyak sudah membaca artikelnya sejauh ini. Jika isinya bermanfaat, silakan di-share ya. Sebaliknya, jika ada yang kurang berkenan atau ada kesalahan informasi, silakan hubungi email atau sosial media tertera.