Sama seperti Indonesia, Amerika Serikat juga menggelar pemilu presiden tahun 2024 ini. Tepatnya November nanti.
Tapi, sistem pemilihan presiden di Amerika Serikat bisa dibilang cukup berbeda dengan di Indonesia. Salah satu perbedaannya adalah sistem bernama “winner-take-all” yang ada di AS tapi gak ada di Indonesia.
Apa itu?
Saya coba bahas di artikel ini.
Sebelum ke sana, saya mau mention sedikit soal pilpres di Indonesia. Menurut saya, pilpres di kita prosesnya cukup sederhana dan mudah dipahami. Di mana, setiap kita yang memiliki hak pilih berhak memilih capres dan cawapres secara langsung.
Kemudian, vote kita akan dihitung dari mulai level TPS sampai level nasional, disatukan dengan vote dari individu-individu lain di seluruh Indonesia. Sampai akhirnya, tanpa peduli dari daerah mana pun vote berasal, kalkulasi vote akan dihitung secara nasional.
Capres dengan pemilih individu terbanyak akan keluar sebagai pemenang.
Di Amerika Serikat, suara individu terlihat kurang berpengaruh secara langsung karena pada akhirnya keputusan capres mana yang dipilih (secara resmi) akan ditentukan dengan sistem winner-take-all.
Suara Elektoral di Pilpres Amerika Serikat
Bicara pemilu Amerika artinya bicara mengenai suara negara bagian. Pemilu Amerika Serikat, saat ini, diikuti oleh 51 entitas yang terdiri dari 50 negara bagian dan 1 wilayah federal yang dijadikan ibu kota negara yakni Distrik Columbia (Washington D.C.).
Setiap entitas memiliki “suara elektoral” yang ditentukan berdasarkan jumlah anggota Kongres (yaitu jumlah senator dan anggota DPR) yang mewakilinya. Misalnya, entitas dengan 2 senator dan 5 anggota DPR akan memiliki total 7 “suara elektoral”.
Secara total ada 538 suara elektoral di pilpres Amerika Serikat. Jumlah suara elektoral bisa berkurang atau bertambah, bergantung pada update sensus 10 tahunan.
Jadi setiap capres akan memperebutkan 538 suara elektoral ini. Agar terpilih, seorang calon presiden harus memperoleh mayoritas suara elektoral, yaitu senggaknya 270 suara elektoral.
Winner-take-all
Kembali ke sistem winner-take-all (pemenang mengambil semua), secara sederhana, sistem ini artinya capres yang memenangkan mayoritas suara elektoral di sebuah entitas (negara bagian) berhak mengklaim semua suara elektoral dari entitas tersebut. Semua entitas (51 entitas) di pilpres Amerika Serikat menerapkan sistem ini, kecuali 2 entitas yakni Maine dan Nebraska.
Bagaimana winner-take-all diterapkan, saya coba ambil contoh negara bagian California yang memiliki jumlah suara elektoral terbanyak saat ini, yakni 55.
Misalnya, jika capres A memperoleh 51% suara elektoral dan capres B memperoleh 49% suara di California, maka capres A akan mengambil alih semua 55 suara elektoral di California.
Berarti vote individu capres B gak ada yang dibawa ke level nasional untuk mewakili California? Yes, nggak dibawa.
Karena berdasarkan winner-take-all tadi, “suara elektoral” capres B akan diconvert menjadi A, untuk dibawa ke pemilihan ‘resmi’ yang disebut proses “electoral college” (biasanya sebulan setelah pencoblosan).
Capres A akan membawa 55 electoral votes ke level nasional, atau hampir 11% dari total 538 electoral votes. Ini juga alasan kenapa California selalu jadi tempat kampanye penting untuk capres Amerika karena jumlah elektoralnya yang berpengaruh signifikan.
Baca juga: 5 Tips Sehat dan Panjang Umur Ala Dhamma
Ngerasa winner-take-all ini terkesan kurang adil gak? Kalau iya, kalian bukan satu-satu yang merasa demikian. Sistem ini emang udah jadi rahasia umum sebagai perdebatan dari lama di Amerika. Bahkan, beberapa pihak berpendapat kalau sebenarnya Amerika belum benar-benar jadi negara Demokrasi karena masih menerapkan sistem ini.
Mungkin ini juga alesan kenapa tingkat partisipasi pemilih di pilpres Amerika itu cenderung rendah, tidak jauh dari 50% partisipasi. Pada pemilu 2020 sempat mencapai titik tertinggi (sejak 1900) dengan 66% partisipasi.
Demikian sedikit mengenai sistem “winner-take-all” di pemilu Amerika Serikat. Silakan dikoreksi jika ada yang kurang tepat yaa.
Sumber artikel: archives.gov, usa.gov, pewresearch.org
Sumber foto: @USAGov
Terima kasih banyak sudah membaca artikelnya sampai ujung. Jika merasa isinya bermanfaat, silakan di-share ya. Sebaliknya, jika ada yang kurang berkenan atau ada kesalahan informasi, silakan hubungi email atau sosial media tertera.