Berpetualang Bersama Bodhi di Novel Supernova: Akar

Cover Novel Supernova Akar - Dee Lestari

Tulisan ini masih tentang membaca ulang series novel Supernova karya Dee Lestari. Dua hari lalu saya baru saja menamatkan edisi keduanya: Akar.


Novel Supernova: Akar membawa saya berpetualang dengan Bodhi, seorang pria muda botak yang pernah diduga punya karma yang sangat parah di masa lalu sehingga dia sulit mati.


Bodhi kerap ada di keadaan nyaris mati namun sembuh lagi untuk disiksa lagi. Dunia adalah nerakanya.


Seperti biasa, sebelum lanjut, sedikit WARNING kalau tulisan ini akan mengandung spoiler. Disarankan gak lanjut membaca untuk kalian yang menghindari bocoran-bocoran.


Pencarian akan kesejatian membawa Bodhi ke beragam situasi tak tertebak. Mari berpetualang!

 

Bodhi ‘Si Anak Wihara’

 

Seorang bayi ditemukan di dalam kardus rokok di bawah pohon di halaman Wihara Pit Yong Kiong di Lawang, 60an kilometer dari Surabaya. Penemunya adalah Guru Liong, seseorang yang menghabiskan waktu, bahkan hidupnya, untuk wihara tersebut.


Bayi itu lantas diberi nama Bodhi oleh Guru Liong. Dia membesarkannya dengan segenap hati dan sumber daya yang ada. Latar belakang hidup Bodhi ini juga yang membuat Akar memang jadi kental dengan budaya-agama Buddha.


Sejak kecil, Bodhi menyadari kalau dia berbeda. Secara fisik, ada susunan benjolan tulang seperti tulang belakang yang membelah kepalanya mulai dari puncak dahi sampai pangkal tulang leher. Beberapa orang memanggil dia “Klingon”, seorang tokoh antagonis di Star Trek.


Perbedaan lain adalah pada usia 6 tahun dia menyadari bahwa dia ‘bermasalah’ dengan dimensi. Pernah dia terbangun dan menemukan tubuhnya melayang tanpa tempat tidur, bahkan tanpa ruangan.


Dia juga pernah usai meditasi sambil berbaring, saat mencoba duduk, ternyata badannya tak ikut. Setelah berapa lama, dia kembali ke tubuhnya dengan disertai sensasi yang menyakitkan.


Perbedaan lain saat dia bisa tiba-tiba berubah jadi makhluk lain. Misalnya menjadi binatang dan mengalami semua yang dialami binatang itu.

 

Baca juga: Membaca Ulang Novel Supernova Karya Dee Lestari

 

Meninggalkan Wihara

 

Pada usia 18 tahun, Bodhi memutuskan pergi dari wihara. Guru Liong, meskipun begitu sayang dengan Bodhi, dia mendukungnya berkelana demi mencari kesejatian. 


Saya jadi ingat konsep tentang Dukkha bagian ‘berpisah yang dicinta’ dalam agama Buddha (koreksi jika saya salah). Guru Liong seperti sudah hatam betul konsep ini dengan merelakan Bodhi pergi meninggalkannya.


Belawan, Medan, adalah persinggahan pertama Bodhi. 


Demi memenuhi kebutuhan sehari-hari, dia bekerja sebagai cleaning service di sebuah penginapan kecil di sana. Tiga bulan kemudian, dia mendapat hadiah tiket kapal ke Malaysia dari seorang tamu. Meski awalnya ragu, dia meyakini bahwa dia harus menggunakan tiket itu dan pergi ke tempat berikutnya.


Sayangnya, dia butuh paspor. Boro-boro paspor, KTP pun gak ada. 


Satpam penginapan lantas membawa Bodhi ke kakek-kakek unik bernama Ompung Berlin untuk membuat paspor ‘tembak’. Bagian tentang pembuatan paspor ini adalah bagian dari Akar yang bikin saya ketawa-ketawa. Dee berhasil bikin saya larut dalam lelucon-leluconnya.

 

Berlabuh di Malaysia


Penang, Malaysia, adalah persinggahan kedua Bodhi dalam mencari kesejatian. Sejumlah ketidaksengajaan membawa dia berpindah dari satu tempat ke tempat lain.


Peta Supernova Akar


Bodhi berkenalan dengan komunitas backpaker di Butterworth yang anggotanya berasal dari berbagai negara. Salah satu teman baru Bodhi dari komunitas itu adalah Tristan Sander. Seorang backpaker asal Australia yang memutuskan berpetualang karena muak dengan kemapanan dan kehambaran tradisi di negaranya.

 

“Tujuanku yang sesungguhnya adalah perjalanan itu sendiri. Bukan satu atau seratus tempat tertentu. Bukan foto-foto atau eksplorasi budaya. Semua manusia, toh, sama… yang aku ingin cari adalah kesejatian yang dimaksud Guru Liong” – Bodhi.


Bersama komunitas backpaker itu, Bodhi menuju perbatasan Thailand untuk selanjutnya menaiki kereta menuju Bangkok. 

 

Baca juga: Novel Hitam 2045 karya Henry Manampiring

 

Bangkok, Kell, dan Tato Penggenap

 

Bangkok adalah cerita tentang Bodhi dan kenalan barunya, Kell. Seorang backpaker elite keturunan Irlandia-Mesir. Parasnya yang ganteng bikin dia jadi kecintaan banyak perempuan.


Di tubuhnya, Kell punya 617 tato dalam bentuk simbol-simbol yang dia dapatkan secara misterius saat hilang di Mesir dulu. Kell meyakini kalau takdir menggariskan agar dia menato 617 orang sepanjang hidupnya. 617 orang. Gak kurang, gak lebih.


Dia berkeliling dunia untuk menemukan 617 orang tersebut. Sejauh ini, 616 sudah dia temukan. Satu orang sisanya, dia percaya, ada di Bangkok. Ketika bertemu Bodhi, dia yakin bahwa Bodhi-lah orangnya.


Gak cuma sebagai orang terakhir, Bodhi juga adalah penggenap. Dia harus membuat satu tato di tubuh di Kell sebagai tanda akhir kehidupan Kell. Tato ke-618.


Bodhi ditato dengan simbol Star Tetrahedron. Kenapa Star Tertahedron? Berdasarkan pilihan Bodhi sendiri yang terinspirasi perempuan misterius bernama Star.


“Kapan yang ke-618?” tanya Bodhi.


“Izinkan saya bersenang-senang lebih lama,” jawab Kell. “Tidakkah manusia itu lucu, Bodhi? Selama hidup mereka konstan mengeluh, tapi begitu hidup ingin menarik diri, mereka tidak pernah rela,”.


Kell lantas pergi meninggalkan Bodhi, dan Bangkok. Begitu pun Bodhi, mencari pengalaman selanjutnya. Menuju Laos.

 

Local 13 dan Pemetik Ganja

 

Setelah menghabiskan beberapa hari di Vang Vieng, daerah ber-sungai favorit backpaker yang dikelilingi gua dan pegunungan di Laos, takdir membawa Bodhi ke Local 13. Sebuah wilayah di perbatasan Laos dan Thailand atau disebut juga Golden Triangle.


Bodhi tanpa sengaja bertemu kembali dengan Tristan Sanders di Local 13 ini. Tristan cerita sebenarnya dia bercita-cita untuk pergi ke Nepal untuk mempelajari Tibetan Buddhism. Tapi, karena uangnya habis, dia mengumpulkan bekal dulu dengan bekerja di Local 13.


Local 13 adalah satu dari ‘lokal-lokal’ lain di satu area besar. Bukan wilayah biasa. Melainkan hamparan besar 17 ladang opium dan 10 ladang ganja. Satu ladang luasnya kira-kira sebesar kompleks Senayan.


Pekerjaan yang tersedia di area ini? Sudah jelas, jadi pemetik opium atau ganja.

Saat ditawari Tristan pekerjaan yang sama dengannya, sebagai pemetik ganja, Bodhi awalnya ragu, tapi karena uangnya sudah benar-benar habis dan sisi lain upahnya $700 (Rp10 juta) seminggu, dia seolah tak ada pilihan lain.


Local 13 gak cuma memberi Bodhi uang untuk bekal ke perjalanan berikutnya, tapi juga pelajaran hidup. Saya suka sekali part di Local 13 ini. Pembicaraan tentang Adam-Hawa, penyucian diri, hingga tentang membunuh Buddha, memberi perspektif tersendiri akan kehidupan.

 

Tato ke-618


Bodhi memutuskan kembali ke Bangkok untuk… mencari Kell. Sayangnya, Kell tak ditemukan di mana pun. Sampai seseorang mengatakan bahwa Kell pergi ke Kamboja.


Bodhi tetap memutuskan pergi ke Kamboja, yang luasnya kira-kira 1,5 kali Pulau Jawa, tanpa benar-benar tahu di mana Kell sebenarnya.


Perjalanannya Bodhi untuk sampai di Kamboja sangat dramatis. Dalam pelariannya dari kelompok militan di sana, dia bertemu dengan seorang perempuan bule Irlandia penjinak ranjau bernama Epona O’Leary.


Tanpa diduga, ternyata Epona membawa Bodhi kepada Kell, yang memang bekerja dengan Epona Cs sebagai penerjemah lokal.


Satu hari, hal tragis terjadi saat Kell tanpa sengaja menginjak ranjau, terdengar ledakan, dan Kell ditemukan dalam keadaan badan tak utuh lagi.


Saya rasa ini bagian paling menegangkan dan membuat ngilu sepanjang membaca Akar. Saat Bodhi terpaksa membubuhkan tato ke-618 di tubuh Kell yang sedang sekarat hanya agar Kell mati segera.


“Kalau saya lakukan ini sekarang, dengan keadaanmu seperti ini, saya akan jadi orang yang membunuhmu. Is that what you want?” tanya Bodhi.


Kell hanya terkekeh. “Kamu tidak membunuhku, Bodhi. Kamu melahirkanku lagi. Cepat, sakit sekali. Saya gak tahan,”. Abu Kell kemudian dilarung di Samudera Hindia.


Baca juga: Series The Good Place: Manusia, Alam Baka, dan Lelucon Renyah

 

Jakarta dan File ‘Akar’


Setelah perjalanan menegangkan dan tak terlupakan ke sejumlah tempat. Hidup membawa Bodhi ke Jakarta, berteman dengan dengan ketua komunitas punk bernama Bong. Bong bukan anak punk biasa, dia gemar membaca dan paham sejarah.


Sampai satu ketika, di sebuah bilik warnet, Bodhi menemukan dokumen ‘Akar.doc’ di PC yang sedang dia gunakan. Dokumen ini juga membahas beberapa istilah di antaranya Asko, matahari kelima, poros keempat, dan Petir, yang akan membawa kita ke petualangan series Supernova berikutnya.

 

Penutup


Berjumlah 256 halaman, Akar terasa padat dan jelas. Dee mewarnai perjalanan Bodhi dari satu tempat ke tempat lain dengan beragam filosofi dan pandangannya atas hidup.


Sebagai pembaca, kita gak hanya disuguhi fiksi yang luar biasa, juga disuapi pencerahan atas pertanyaan-pertanyaan hidup yang mungkin selama ini belum terjawab.


Dalam sebuah wawancara, Dee juga pernah bilang kalau setiap pertanyaan tentang yang melintas di kepalanya, dia tuangkan jawabannya, tak hanya dalam Akar, tapi dalam semua series Supernova.


Gak sabar baca ulang edisi selanjutnya: Petir.


Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan di-share ya. Sebaliknya, jika ada yang kurang berkenan atau ada kesalahan informasi, silakan hubungi email atau sosial media tertera.

Bagikan artikel ini
Terbaru
seneca

Luck is what happens when preparation meets opportunity

- Seneca -
Mau dikirimin artikel terbaru dong!

Leave a Comment

Your email address will not be published.

Jumlah TikTokers di Indonesia lebih dari 100 juta akun, salah satu yang terbanyak di dunia. Saya seakan tidak punya alasan untuk melewatkan TikTok sebagai media belajar dan sharing. Jadi, ketemu di sana juga yuk!

KENALAN YUK

Jika merasa konten di sini bermanfaat, minta tolong di-share ya artikelnya. Saya juga terbuka kalau teman-teman ingin berdiskusi.

kirim email