Membaca Ulang Novel Supernova Karya Dee Lestari

Supernova Kesatria Putri Bintang Jatuh

Saya memutuskan membaca ulang novel-novel Supernova karya Dee Lestari mumpung lagi punya cukup waktu luang. Sejauh ini saya baru saja menyelesaikan edisi pertamanya yakni Supernova: Kesatria, Putri, & Bintang Jatuh.


Emang novel Supernova ada berapa sih? Ada 6. Selain yang saya sebut di atas, judul lainnya adalah: Akar, Petir, Partikel, Gelombang, dan Inteligensi Embun Pagi.


Meskipun novel Supernova pertama kali terbit pada 2001, saya baru ‘kenalan’ sama masterpiece ini sekitar 11 tahun lalu (2012). Pertama kenal, langsung jatuh cinta.


Bicara buku fiksi, sebelum ketemu Supernova, saya tumbuh bersama mantra-mantra ajaib Harry Potter. Novel-novel karya J. K. Rowling ini, bisa dibilang, berjasa membuat saya terbiasa membaca buku-buku tebal.


Novel-novel Agatha Christie dan Raditya Dika juga tak bisa dikesampingkan berperan membuat saya betah menghabiskan waktu berlama-lama membaca buku, khususnya fiksi, sampai lupa waktu.


Disclaimer: Sebelum lanjut, sedikit warning kalau tulisan ini akan cukup mengandung spoiler. Disarankan gak lanjut membaca untuk kalian yang menghindari bocoran-bocoran.


Novel Supernova: Kesatria, Putri, & Bintang Jatuh (KPBJ)


Dee Lestari adalah salah satu penulis fiksi paling saintifik yang pernah saya tahu. Supernova bisa dibilang adalah buktinya.


Di KPBJ misalnya, pembaca akan dikenalkan dengan teori-teori kelimuan mulai dari ilmu psikologi, fisika, biologi, filsafat, hingga ekonomi. Kita jadi akrab dengan istilah-istilah seperti di antaranya bifurkasi, simulakrum, koevolusi, atau reversed order mechanism.


Kadang-kadang saya harus membaca ulang pengertiannya agar gak salah konteks.

Mungkin sebagian orang gak nyaman dengan begitu banyak istilah-istilah ‘aneh’ ini. Gak terelakan. Jujur saja memang istilah-istilah di KPBJ ini lebih njelimet dibanding novel-novel Supernova setelahnya.


Kesatria, Putri, & Bintang Jatuh sendiri, secara umum, bercerita tentang roman yang ditulis oleh pasangan gay, Dimas dan Reuben. Namun, seiring waktu, secara misterius, mereka bertemu satu per satu dengan tokoh khayalan mereka itu di dunia nyata.


“Kamu gak merencanakan plotnya bakal demikian?” tanya Reuben. Dimas menggeleng. “.. aku hanya langsung mengetik apa yang ada di kepalaku,”


“Sepertinya aku menjalani sebuah kehidupan, bukan cuma naskah. Kehidupan dalam kehidupan, mungkinkah itu?” Dimas kebingungan.


Semua seperti berjalan secara paralel.


Baca juga: The Good Place: Manusia, Alam Baka, dan Lelucon Renyah


Pandangan Solipsisme dan Supernova sebagai Penghubung


Di bagian lain di novel ini, Dimas merasa apa yang dia alami adalah solipsisme, sebuah pandangan terkenal dari filsuf modern Immanuel Kant. Dimas merasa dia lah satu-satunya makhluk berkesadaran, sedangkan orang lain hanya sosok imajiner.


“Aku tahu ini kedengarannya gila. Tapi aku kembali merasakan hal itu. Seperti ada kehidupan nyata yang terkait di cerita ini,”


Dimas dan Reuben kebingungan dengan cerita mereka sendiri. Mereka mulai mempertanyakan apakah hidup-mati tokoh-tokoh di fiksinya ditentukan oleh mereka, sebagai penulisnya, atau oleh ‘kekuatan’ lain.


Reuben, yang selalu berpendapat atas basis science, terpikir akan fenomena tangled hierarchy atau hierarki berbelit yang dideskripsikan oleh Douglas Hofstadter, seorang penulis.


Hierarcy yang sangat kompleks sehingga gak bisa ditentukan lagi mana yang superior dan mana yang inferior. Pertanyaannya bukan siapa menentukan siapa, melainkan rencana itulah yang sudah ada,” Reuben menjelaskan.


Dalam novel ini, dihadirkan Supernova, satu sosok netral yang berperan sebagai penghubung dua ‘kehidupan’ ini.


Baca juga: Review Novel Hitam 2045


Penutup


Cerita roman dalam novel ini sesuatu yang gak biasa sendiri, unik. Adanya kehidupan nyata yang paralel dengan roman ini, lebih gak biasa lagi.


Mind blowing banget. Apalagi saya pertama kali baca novel ini 11 tahun lalu, ketika pemikiran saya akan kehidupan masih sangat prematur.


Belakangan saya baru tahu kalau Dee memang membuat novel ini (tepatnya series Supernova) bersamaan dengan proses pencariannya akan banyak hal, termasuk dalam konteks spiritualitas.


Kegelisahannya akan kehadiran Tuhan, akan komunikasi dengan Tuhan, termasuk kegelisahan akan hidup itu sendiri, Dee tuangkan dalam lembar demi lembar yang membawa kita menjelajah gak hanya buah pikirnya, tapi menjelajah pikiran kita sendiri.


Saya memutuskan membaca ulang Kesatria, Putri, & Bintang Jatuh untuk mengingat lagi secara detail ceritanya. Sebelas tahun berlalu, saya rasa saya masih dengan decak kagum yang sama.


Dee menjodohkan science, philosophy, dan romance menjadi sesuatu yang mengesankan.

Bagikan artikel ini
Terbaru
seneca

Luck is what happens when preparation meets opportunity

- Seneca -
Mau dikirimin artikel terbaru dong!

Jumlah TikTokers di Indonesia lebih dari 100 juta akun, salah satu yang terbanyak di dunia. Saya seakan tidak punya alasan untuk melewatkan TikTok sebagai media belajar dan sharing. Jadi, ketemu di sana juga yuk!

KENALAN YUK

Jika merasa konten di sini bermanfaat, minta tolong di-share ya artikelnya. Saya juga terbuka kalau teman-teman ingin berdiskusi.

kirim email