Satu Bulan Main TikTok

Ilustrasi TikTok Unsplash

Pada Januari lalu saya memutuskan membuat akun TikTok. Setelah satu bulan main TikTok, rasanya media sosial satu ini emang cukup unik dibanding medsos lain yang pernah saya pakai.


Saya bermedia sosial sejak sekitar 2006, jaman-jaman saling lempar testimoni di Friendster trus profile-nya dikasih blink-blink biar semarak. XD


Dua tahun setelahnya mulai beralih ke Facebook, dan pada 2009 saya mulai aktif di Twitter sampai saat ini.


Kurang-lebih 16 tahun bermedia sosial untuk kebutuhan personal, saya jadi penasaran pada orang-orang yang ber-media sosial untuk tujuan profesional atau sebagai pekerjaan.


Nah, gara-gara rasa penasaran ini pula, sebulan yang lalu saya join sebuah bootcamp tentang social media organic. Saya ingin belajar dari para lecturer yang memang berkecimpung di industri medsos ini. Sekaligus pengen tahu kenapa industri medsos bisa sebesar dan seberpengaruh seperti sekarang.


Kenapa main TikTok?


Saya tidak akan bahas bootcampnya secara lebih jauh. Tapi, di bootcamp itu, pesertanya diminta memilih mau praktik di platform apa untuk digunakan sampai pada final project nantinya. Kami juga diminta melengkapi final project itu dengan analytic dan reportingnya.


Saya memilih TikTok.


Alasan pertama kenapa TikTok karena pengetahuan saya soal platform ini masih nol besar. Ya udah sekalian kenalan dan belajar.


Kedua karena berdasarkan data 2022, pengguna TikTok di Indonesia hampir mencapai 100 juta, dan diprediksi masih akan tumbuh secara signifikan beberapa tahun ke depan. Dan ketiga, karena orang-orang bilang fitur analytic di TikTok itu cukup lengkap untuk reporting.


So, kenapa bukan TikTok?


Pengalaman sebulan main TikTok


Username TikTok saya adalah @sejenak.id. Di sana saya fokus membahas tentang saham dan hal terkait keuangan serta investasi. Kalau berkenan, silakan mampir ya!


Saya membuat video singkat TikTok dengan bantuan Canva. Sejujurnya Canva ini juga baru untuk saya, again, sekalian kenalan dan belajar, kenapa nggak?


Paling seneng deh kalau belajar hal-hal baru.


Tapi, yang lucu adalah satu video singkat itu ternyata bisa baru saya kelarin sekitar 6 jam bahkan lebih. Kombinasi antara ide yang kadang melebar ke mana-mana dan betapa masih kakunya saya menggunakan Canva. Gak kelar-kelar jadinya.


Total video selama satu bulan ini adalah 21 video. Lumayan banyak juga sih dipikir-pikir. Sebuah video paling banyak ditonton sekitar 1.000 kali, dan paling sedikit sekitar 190 kali. Dari bootcamp juga saya belajar mengenai engagement rate, conversion rate, dkk.


Ngomongin soal algoritma, TikTok dengan For You-nya membuat konten @sejenak.id jadi bisa muncul di halaman orang lain tanpa harus mereka follow saya lebih dahulu. Gara-gara itu pula adaaaaa aja orang yang nonton video saya, bahkan memberi reaksi.


Selama sebulan ini, sebagai pengguna, saya juga membuktikan sendiri betapa halaman For You masing-masing pengguna itu cepat sekali berubah. Misalnya tadinya For You saya banyak konten soal sepakbola, kemudian besoknya berubah jadi konten-konten tentang konser Sheila on 7, berubah lagi jadi reaksi terhadap sidang Ferdy Sambo, dan lain-lain.


Menurut saya jadi cukup penting buat pilih ‘not interested’ ke video yang mampir ke For You kalian kalo emang kalian gak suka. Karena nanti kemungkinan besar bakal muncul-muncul lagi yang temanya sama.


Baca juga: Review Novel Hitam 2045


Penutup


TikTok, sama seperti media sosial lainnya, adalah tergantung pada kita penggunanya. TikTok adalah netral, respon kita terhadapnya yang penting.


Sebagian orang bilang TikTok hanya soal joget-joget, nggak juga ternyata. Malahan di For You saya sangat jarang sekali muncul orang joget-joget.


Banyak sekali ilmu yang ditawarkan oleh para content creator TikTok. Jadi, sayang aja kalo kita melewatkan konten-konten itu hanya karena ‘kata orang’.


Tapi.. apapun itu, tetep jangan berlebihan ya. Terutama jika hanya untuk pemakaian pribadi, bukan pekerjaan. Saya sendiri memberi batasan berapa lama dalam sehari saya boleh menengok TikTok.


Saya ingat, dan saya setuju, sama pernyataan Marissa Anita soal video singkat di media sosial. Dia bilang dengan sering nontonin video singkat, secara konsisten dan terus-menerus, lama-lama atensi kita akan melemah.


“Kalau kita sering berinteraksi dengan durasi yang pendek-pendek kayak gitu, otomatis kemampuan kita untuk fokus pada sesuatu menjadi lebih pendek, dan itu problematik… Menjadi susah memiliki kedalaman dalam berpikir, buat aku pribadi, itu problematik” katanya.


Jadi, meskipun bootcamp sudah berakhir, apakah saya tetap main TikTok? Jawabannya iya, tapi dengan gak berlebihan tentu saja.


Baca juga: Setelah Satu Tahun Program Nabung Saham

 

Photo by Solen Feyissa on Unsplash,

Bagikan artikel ini
Terbaru
seneca

Luck is what happens when preparation meets opportunity

- Seneca -
Mau dikirimin artikel terbaru dong!

Leave a Comment

Your email address will not be published.

Jumlah TikTokers di Indonesia lebih dari 100 juta akun, salah satu yang terbanyak di dunia. Saya seakan tidak punya alasan untuk melewatkan TikTok sebagai media belajar dan sharing. Jadi, ketemu di sana juga yuk!

KENALAN YUK

Jika merasa konten di sini bermanfaat, minta tolong di-share ya artikelnya. Saya juga terbuka kalau teman-teman ingin berdiskusi.

kirim email