A Haunting in Venice, another-detective-movie, bikin saya ke bioskop lagi. Terakhir ke bioskop sekitar 2 bulan lalu waktu nonton Detective Conan: The Black Iron Submarine.
A Haunting in Venice, sebuah film adaptasi novel karya Agatha Christie, memang cukup saya tunggu-tunggu. Sedikit flashback, terakhir kali nonton Hercule Poirot adalah 6 tahun silam lewat Murder on the Orient Express.
Balik ke A Haunting in Venice, latar Kota Venice yang indah ditambah pemeran-pemeran ternama, ternyata belum mampu bikin film ini jadi outstanding. Saya malah dibuat bosen dan alurnya cukup mudah ditebak.
Selengkapnya, saya coba bahas di tulisan ini. Yuk!
Baca juga: Nonton Detective Conan: The Black Iron Submarine
A Haunting in Venice Tentang Apa?
A Haunting in Venice bercerita tentang Hercule Poirot, seorang detektif swasta asal Belgia, yang sedang menikmati masa pensiunnya di Venice, Italia.
Teman Poirot sekaligus penulis kisah misteri terkenal, Ariadne Oliver (Tina Frey) menemuinya. Gak cuma sekedar bertemu-teman-lama, Oliver juga sengaja datang untuk menantang Poirot membuktikan bahwa hal-hal mistis itu cuma tipuan trik aja.
Oliver, di momen Halloween, mengajak Poirot ke sebuah bangunan tua di Venice milik mantan penyanyi opera, Rowena Drake (Kelly Reilly). Rowena akan melakukan prosesi pemanggilan arwah anaknya, Alicia Drake, yang meninggal jatuh ke kanal.
Bertindak sebagai pemanggil arwah adalah pemenang Oscar, Michelle Yeoh, yang berperan sebagai Joyce Reynolds. Poirot mencoba membuktikan kalau pemanggilan arwah itu gak ada dan Reynolds hanya mengada-ada.
Secara lebih jelas, berikut sejumlah orang yang hadir di prosesi tersebut:
- Rowena Drake – Ibu Alicia
- Maxim Gerard – Mantan tunangan Alicia
- Joyce Reynolds – Pemanggil arwah
- Nicholas – Asisten Reynolds
- Desdemona – Asisten Reynolds
- Olga Seminoff – Asisten Rumah Tangga Rowena
- Leslie Ferrier – Mantan dokter Alicia
- Leopold – Anak dr Ferrier
- Hercule Poirot
- Ariadne Oliver
- Vitale Portfoglio (bodyguard Poirot / mantan polisi yang menginvestigasi kematian Alicia)
Pada prakteknya, prosesi pemanggilan arwah ternyata malah melebar ke mana-mana. Reynolds, yang mengatakan kalau kematian Alicia karena pembunuhan, tiba-tiba ditemukan mati sebelum sempat mengungkap siapa pembunuhnya.
Gak sampe situ, dr Ferrier jadi korban berikutnya. Dua mayat dalam semalam.
Poirot memutar otak mencari tau siapa pelakunya. Saya gak akan bahas detail gimana pemecahan kasusnya. Tapi, memang cukup bisa ditebak sejak awal.
Baca juga: Emily The Criminal: Antara Moral dan Realitas
Sebaiknya Nonton Gak?
Unsur horor di A Haunting in Venice jadi pembeda dari film-film Hercule Poirot lainnya. Sayangnya, eksekusinya, terutama plot ceritanya, kurang kuat.
Padahal, dari teknik pengambilan gambarnya udah keren banget (meski sebenarnya gak semua syuting dilakukan di Venice).
Durasi yang kurang dari 2 jam harusnya kan bikin film ini jadi padet, energik, menantang, dan mengerikan. Tapi, yang terjadi malah kayak seadanya dan kurang bikin penasaran.
Kalau kalian penggemar novel-novel Agatha Christie, boleh lah film ini ditonton sebagai pelepas kangen. Kalau bukan, maka saya gak terlalu merekomendasikannya.
Terima kasih banyak sudah membaca artikelnya sampai ujung. Jika merasa isinya bermanfaat, silakan di-share ya. Sebaliknya, jika ada yang kurang berkenan atau ada kesalahan informasi, silakan hubungi email atau sosial media tertera.