Saya tuh sering denger, sejak sebelum pandemi, orang mention DIRE sebagai salah satu alternatif investasi di pasar modal. Tapi sekarang, dalam arti bertahun-tahun kemudian, kayak gak ada lagi gaungnya, semacam jalan di tempat gitu.
Belakangan malah lebih kedengeran fintech-fintech ‘patungan properti’ macam LandX atau PropertiLord yang punya model crowdfunding mirip-mirip DIRE.
Ada apa dengan DIRE ya?
Mending coba kita bahas dulu aja DIRE itu apaan sih, kali temen-temen ada yang belum familiar.
Pengertian DIRE dan Skema Bagi Hasilnya
DIRE (Dana Investasi Real Estat) ini semacam wadah buat ngumpulin dana investor yang kemudian, minimal 80%-nya, diinvestasiin ke aset-aset properti (real estate).
Aset bukan sembarang aset, aset properti yang dipilih harus lah aset yang udah terbukti menghasilkan, baik itu dari penghasilan sewa atau lainnya. Misalnya hotel, mal, rumah sakit, atau gedung perkantoran.
Dalam Peraturan OJK 64 tahun 2017 dijelasin juga syarat lainnya yakni harus lah berlokasi di wilayah Indonesia dan bukan berupa lahan kosong.
Setelah dibeliin aset properti, penghasilan dari aset-aset itu wajib dikembaliin ke investor dalam bentuk dividen minimal 90% dari total laba bersihnya.
Produk DIRE dan Cara Jual-belinya
Saya cek di website BEI, saat ini ada 3 DIRE yang diperjualbelikan:
1. DIRE Simas Plaza Indonesia (XSPI) dengan underlying asset Mal Plaza Indonesia, The Plaza Office Tower, Hotel Grand Hyatt, dan Mal fX Sudirman
2. DIRE Ciptadana Properti Perhotelan Padjajaran (XCIS) dengan underlying asset Hotel Padjajaran Suite Bogor
3. DIRE Ciptadana Properti Ritel Indonesia (XCID) dengan underlying asset Solo Grand Mall
Kalau mau beli DIRE, prosesnya sama kayak beli saham. Masuk aja ke aplikasi saham yang biasa kalian pake, trus ketik kode DIRE-nya di kolom pencarian, trus order deh. Belinya minimal 1 lot ya (100 lembar).
Hukum permintaan dan penawaran juga berlaku di sini. Pas kalian order BELI tapi di sisi lain gak ada yang jual barangnya di harga yang sama, atau harga sama tapi volumenya gak tersedia, ya gak bakal match. Begitu pun sebaliknya.
Baca juga: Lampu Kuning Investasi P2p Lending
Kenapa Belum Investasi DIRE?
Balik ke judul artikel ini “DIRE belum ke mana-mana”, saya pikir ada beberapa alasan. Pertama bisa jadi karena pilihan produk yang terbatas. Soal ini mesti dicari tau juga kenapa jadi terbatas, artinya kan kemungkinan minat yang rendah untuk me-listing.
Padahal kalau kita perhatiin, sisi lain, perusahaan-perusahaan lagi berbondong-bondong jadi Tbk. Kenapa bisa berbeda antara di dunia saham dan per-DIRE-an? Gara-gara pajak kah? Atau yang lain?
Kedua bisa jadi karena sosialisasi yang belum menjangkau khalayak luas. Di luar negeri sendiri, misalnya di Singapura, DIRE (Real Estate Investment Fund/REITS) udah punya pasar sendiri. Dividen yang tinggi jadi triggernya. Di Indonesia saya pikir masih belum sampe ke sana.
Ketiga bisa jadi karena kurangnya ketersediaan informasi mengenai produk DIRE itu sendiri. Maksudnya gini, saham misalnya, kita bisa dengan gampang download laporan keuangan, laporan tahunan, materi public expose, dan lainnya. Nah, DIRE ini, gak ada tuh data-data tersebut.
Syulit kan jadinya. Kita cuma bisa cek propertinya langsung secara fisik, misalnya pergi ke fX sambil nonton JKT48, atau mantau update harganya. Informasi lain? Masih langka.
Saya pribadi, hingga tulisan ini dibuat, belum tertarik buat investasi di DIRE. Gak tau ke depan nanti, karena di lain pihak, menurut saya, investasi DIRE ini akan sangat menarik selama pasarnya udah kebentuk.
Jadi kita tunggu aja, apakah ke depan DIRE akan mulai “ke mana-mana”?
Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan di-share ya. Sebaliknya, jika ada yang kurang berkenan atau ada kesalahan informasi, silakan hubungi email atau sosial media tertera. Terima kasih.
Sumber artikel: IDX.co.id, detik.com, YouTube IDX, sinarmassekuritas.co.id