Apa Itu Right Issue Saham?

Ilustrasi Right Issue saham

Perusahaan di bursa kadang-kadang butuh dana segar atas alasan tertentu demi kelangsungan bisnis mereka. Nah, salah satu aksi korporasi yang sering dilakukan untuk menghimpun dana adalah dengan menerbitkan right issue. Apa itu right issue?

 

Pengertian right issue

 

Sederhananya begini, right issue adalah cara perusahaan mendapatkan uang dengan menerbitkan lembar saham baru dan menjual lembaran-lembaran itu ke pemegang saham lama.

 

Jadi kata kuncinya ‘lembar saham akan bertambah’ dan ‘investor lama’.

 

Ngomong-ngomong penambahan lembar saham, sebenarnya ada 2 aksi korporasi lain yang juga membuat lembar saham satu perusahaan bertambah, yakni private placement dan stock split.

 

Perbedaan ketiga aksi korporasi tersebut adalah:

 

1. Right issue: lembar saham bertambah + modal bertambah
2. Private placement: lembar saham bertambah + modal bertambah
3. Stock split: lembar saham bertambah

 

Nah, right issue sama private placement ini agak-agak harus diwaspadai sama kita sebagai pemilik saham. Jika kita gak ikut menambah lembar saham yang udah kita punya di perusahaan itu, maka persentase kepemilikan kita akan berkurang atau terdelusi.

 

Di tulisan ini, saya akan fokus ke right issue dulu. Private placement kita bahas di kesempatan lain.

 

Contoh perhitungan dan pelaksanaan right issue

 

Saya akan beri contoh perusahaan yang awal tahun 2023 ini baru saja melakukan aksi korporasi right issue: PT Maharaksa Biru Energi Tbk (OASA). Sebuah perusahaan yang bergerak di lini bisnis energi baru terbarukan (EBT).

 

For information aja, salah satu komisaris OASA ini adalah public figure yang mungkin kalian udah kenal: Cinta Laura Kiehl.

 

Jumlah lembar saham OASA yang tercatat di BEI sebelum right issue adalah 358.600.000 lembar.

 

Selanjutnya OASA melakukan right issue dengan menerbitkan saham baru sebanyak 5.988.620.000 lembar. Alhasil, jumlah lembar saham OASA akan menjadi 6.347.220.000 lembar.

 

Setiap pemilik saham lama diberi hak (right) untuk menebus saham baru dengan setiap pemilik 10 lembar saham lama berhak atas 167 HMETD (Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu). 10:167.

 

Misalnya Fulan punya 1.000.000 lembar saham OASA, maka Fulan diberi ‘hak’ untuk menebus sebanyak 16.700.000 saham baru OASA.

 

Berapa harganya? Harga pelaksanaan HMETD-nya adalah Rp100 per lembar. Artinya, jika Fulan ingin menebus semua right-nya, maka dia butuh uang Rp1,67 miliar.

 

Baca juga: Pengertian Waran, Alasan Penerbitan, dan Untung Ruginya

 

Apakah right issue harus ditebus?

 

Boleh gak sih kita gak nebus saham barunya? Jawabannya boleh. Itu kan hak, bukan kewajiban. Cuma ya itu tadi, kita akan dirugikan karena persentase kepemilikan kita di perusahaan akan berkurang (terdilusi) kalau kita gak tebus.

 

Kenapa begitu?

 

Kita coba hitung potensi dilusi saham si Fulan. Fulan kan punya 1.000.000 lembar saham OASA, artinya dia punya kepemilikan sebanyak 0,27%.

 

Setelah right issue, jika dia gak menebus rightnya, maka kepemilikan OASA-nya akan menjadi 0,016% saja. Lumayan kan penurunannya. Tapi memang soal dilusi ini akan gak terlalu berpengaruh pada investor ritel khususnya dengan kepemilikan lembar saham yang (sangat) sedikit.

 

Jadi Fulan punya 3 pilihan dengan right saham OASA-nya. Pertama menebusnya, kedua mengabaikannya dan membuat kepemilikannya terdilusi, atau menjual ‘hak’ tersebut ke orang lain.

 

Jual-beli ‘hak’ (right) ini prosesnya sama kayak kita beli saham pada umumnya. Biasanya, kode untuk right adalah ada huruf ‘R’ di belakang kode saham. Kalau OASA berarti OASA-R.

 

Apa alasan perusahaan menerbitkan right issue?

 

Alasan penerbitan right issue bisa bermacam-macam, namun beberapa yang umum di antaranya untuk ekspansi, melakukan akuisisi, membayar hutang, dan untuk biaya operasional.

 

Seperti contohnya OASA, dalam keterbukaan informasi, OASA menjelaskan bahwa dana hasil right issue akan digunakan untuk di antaranya: akuisisi saham, menambah modal perusahaan hasil akuisisi, pembelian kantor, dan kegiatan operasional.

 

Kita harus paham betul apa sih tujuan perusahaan yang kita punya sahamnya melakukan right issue. Baik atau buruk kira-kira untuk kelangsungan usaha.

 

Baca juga: Lampu Kuning Investasi P2p Lending

 

Penutup

 

Beberapa syarat perusahaan dikatakan bagus antara lain perusahaan yang bisnisnya profitable, growing, tahan banting di kondisi apapun, margin tebal (terutama GPM tinggi), dan cash flownya lancar. Laba bersih naik terus jika cash flow operasi selalu negatif mesti hati-hati juga.

 

Right issue gak selalu negatif, tentu. Namun saya pribadi kurang suka dengan perusahaan yang sering-sering melakukan aksi korporasi khususnya yang meminta dana ke investornya (dalam hal ini kita), terlepas apapun tujuannya.

 

Saya suka perusahaan yang bisa ‘memberi makan’ dirinya sendiri dari keuntungan yang mereka peroleh. Investasi kan soal cuan pada akhirnya.

 

Kalau kita malah sering diminta mengeluarkan uang untuk bantu menambah modal perusahaan, kapan untungnya dong. Kalaupun untung ya untungnya akan terkikis.

 

Sekali lagi, itu pendapat pribadi. Setiap orang berhak berpendapat, kalian pun. Pokoknya do your own research ya sebelum memutuskan investasi di perusahaan tertentu.

 

Disclaimer: Semua saham-saham yang disebutkan di blog ini, di postingan mana pun, bukan ajakan untuk membeli atau tidak membeli. Resiko investasi pada diri masing-masing

 

Photo by Mark Fletcher-Brown on Unsplash

Bagikan artikel ini
Terbaru
seneca

Luck is what happens when preparation meets opportunity

- Seneca -
Mau dikirimin artikel terbaru dong!

Jumlah TikTokers di Indonesia lebih dari 100 juta akun, salah satu yang terbanyak di dunia. Saya seakan tidak punya alasan untuk melewatkan TikTok sebagai media belajar dan sharing. Jadi, ketemu di sana juga yuk!

KENALAN YUK

Jika merasa konten di sini bermanfaat, minta tolong di-share ya artikelnya. Saya juga terbuka kalau teman-teman ingin berdiskusi.

kirim email