Teruslah Memberi, Teruslah Jadi Orang Baik

Semakin hari saya semakin yakin kalo pandemi Covid-19 memang menunjukkan watak asli seseorang. Beberapa kali saya dibuat gregetan dan nggak habis pikir tentang orang-orang yang se-tega itu memanfaatkan situasi demi keuntungan pribadi, dengan merugikan orang lain tentu saja.


Penimbun obat, pembuat tes kit atau dokumen tes Covid-19 palsu, korupsi bantuan sosial, dan lain-lain. Hati mereka entah masih ada atau nggak.


Sebaliknya, beberapa kali juga saya menangis jika baca cerita tentang orang-orang berhati sangat mulia, orang baik, yang tetep membantu orang lain meskipun ada di tengah lara yang sama.


Mereka yang bak malaikat ini mungkin saja di antaranya orang-orang yang baru kehilangan pekerjaan, baru kehilangan orang tercinta yang dipanggil Tuhan, atau orang-orang lain yang mungkin dengan keterbatasan yang sama dengan orang yang mereka bantu.


Memberi adalah meningkatkan imunitas dan kebahagiaan


Ngomong-ngomong soal ngebantu, ‘memberi’ bantuan, tadi saya nonton acara di Metro TV, “Unlock” nama programnya. Salah satu orang yang melakukan presentasi adalah pendiri YCAB Foundation (Yayasan Cinta Anak Bangsa), Ibu Veronica Colondam.


Ibu Veronica cerita kalo ‘memberi’ itu bisa membuat bahagia dan meningkatkan imunitas. Itulah kenapa banyak banget orang murah hati di dunia ini, karena secara alami, kita punya sifat untuk mau memberi.


Tapi, dia bilang, dalam prakteknya, proses ‘memberi’ itu nggak semudah-sebahagia yang dibayangkan. Kadang ada respons-respons yang bikin ngelus dada, salah satunya saat bantuannya nggak sesuai dengan yang diharapkan si penerima.


Dia memberi contoh ketika menyalurkan bantuan dalam bentuk rumah buat korban bencana, ternyata rumah itu setelah dibangun nggak sesuai sama yang diinginkan penerima (dari aspek tertentu).


Kutipan Mother Teresa


Cerita Ibu Veronica ini seakan membuka mata soal kompleksitas manusia. ‘Memberi’ ternyata nggak se-simple itu, at least, nggak selalu se-simple itu. Kemudian, Ibu Veronica mention soal kutipan Mother Teresa “Give, but give until it hurts”. Nah lho.


Baca jugaLebaran, ditunggu atau mengganggu?


Di masa sekarang ada banyak platform untuk kita bisa menyalurkan bantuan. Kalo dalam bentuk uang misalnya, kita cukup buka website/aplikasi tertentu, tulis nominalnya, lalu bayar dengan mobile/internet banking. Nggak sampai 5 menit. Simple banget.


Namun, kutipan Mother Teresa seakan mengingatkan lagi kalau memberi Rp10.000 saat kita hanya punya Rp15.000 akan terasa lebih ‘menyakitkan’ dibanding saat kita kasih Rp1 juta ketika kita punya Rp100 juta. Meminjamkan mobil/sepeda motor satu-satunya buat dipakai tetangga ke rumah sakit padahal mau kita pake kerja akan terasa lebih ‘menyakitkan’ dibandingkan kita ngasih pinjem di saat kita punya 2 ato lebih kendaraan.


Atau contoh lain, misalnya kita sudah nabung lama buat ngasih hadiah ke suami/istri, pas dikasih dia bilang “kok warna ini sih?” “aku kan lebih suka yang ini..”, dan contoh-contoh lain, bisa kalian tambahin dan inget-inget sendiri yang pernah kejadian di hidup kalian. Nggak selalu soal materi/uang ya.


Esensi tertinggi (ato lebih tinggi) dari ‘memberi’ yang saya tangkap dari kutipan Mother Teresa adalah bantuan dari segi kualitatif, melihat seberapa besar pengorbanan kita, seberapa besar kita terdampak ketika kita memberikannya, melihat se-ikhlas apa, melihat se-berserah apa kita.


Saya yakin orang-orang yang memberi ‘until it hurts’ ini, kualitas pribadinya sudah meningkat, setidaknya dia akan nemu bentuk lain dari bahagia. Mungkin ini udah the next level dari ‘orang baik’ ya.


Tapi, pada akhirnya, memberi, berapapun, dalam bentuk apapun, akan selalu positif.


Teruslah memberi teman-teman. Teruslah menjadi orang baik.


Photo by Josh Boot on Unsplash

Bagikan artikel ini
Terbaru
seneca

Luck is what happens when preparation meets opportunity

- Seneca -
Mau dikirimin artikel terbaru dong!

Jumlah TikTokers di Indonesia lebih dari 100 juta akun, salah satu yang terbanyak di dunia. Saya seakan tidak punya alasan untuk melewatkan TikTok sebagai media belajar dan sharing. Jadi, ketemu di sana juga yuk!

RINA

I’m a blogger, football fan, and lifelong learner.

KENALAN YUK

Jika merasa konten di sini bermanfaat, minta tolong di-share ya artikelnya. Saya juga terbuka kalau teman-teman ingin berdiskusi.

kirim email