Terlalu Fokus pada Orientasi Seksual

Isu orientasi seksual

Media sosial sedang ramai membahas promosi talkshow yang diadakan tvOne dengan topik “Awas, Gay dan HIV Mengintai”. Dari topiknya saja, belum bicara soal materi diskusinya, netizen sudah dibuat pro dan kontra tentang orientasi seksual tertentu.


Satu pihak merasa bahwa tvOne terlalu diskriminatif pada kaum LGBT (khususnya gay). Padahal, penyebab penularan HIV kan tidak hanya karena hubungan sesama jenis. Sedangkan netizen di pihak lain setuju bahwa hubungan sesama jenis lebih sering berujung pada penularan HIV.



Talkshow tersebut ditayangkan pada Sabtu, 7 Desember 2019. Gara-gara penasaran, saya jadi cari-cari di YouTube dan saya tonton sehari setelahnya.


Diskusi dimulai ketika pembawa acara membahas soal banyaknya orang terinfeksi virus HIV di Banten, sekitar 11.237 orang. Dibahas juga bahwa mayoritas penyebab penularan HIV sekarang bukan lagi dari ‘jarum suntik’ tapi dari perilaku seksual menyimpang, dalam hal ini homoseksual.


Baca juga: Teruslah Memberi, Teruslah Jadi Orang Baik


Seorang narasumber bernama David dihadirkan. David diperkenalkan sebagai anggota komunitas gay. 


David kemudian menjelaskan mengenai bagaimana perilaku seksual para gay dan mengenai kenapa sampai ada anggapan atau bahwa homoseksual adalah salah satu penyebab utama penularan HIV. Sayangnya, tidak banyak poin yang saya dapat dari penjelasan David, benar-benar normatif dan terlalu umum. 


Tidak ada penuturan (misalnya) secara detail mengenai apakah kaum gay, khusunya dia, terlalu ‘sembrono’ saat berhubungan seksual atau seperti apa?


Narasumber lainnya adalah seorang dokter spesial penyakit dalam, dr Adityo Susilo. Dia mengatakan bahwa resiko penularan HIV oleh kaum homoseksual lebih tinggi dibanding oleh kaum hetero. 


“Dilihat secara konteks keilmuan, yang LGBT akan lebih tinggi resikonya karena ada resiko perdarahan juga saat dilakukan hubungan tersebut, karena penetrasinya tidak melalui saluran yang seharusnya,” katanya.


Saya dibuat bingung ketika pembawa acara bertanya kepada David “Apakah tidak ada keinginan keluar dari komunitas gay setelah maraknya penularan HIV?”. Aneh. 


Jika pertanyaannya demikian, seakan-akan sejak awal memang eksistensi LGBT itu sendiri sudah salah, seolah jalan keluar bebas HIV ya tidak lagi jadi homoseksual, bukan memperbaiki bagaimana cara mereka berhubungan seksual.


Ini juga yang menjadi catetan saya, kenapa orang-orang kesannya terlalu fokus dengan orientasi seksual (sexual orientation) orang lain, dan bukan pada perilaku/kebiasaan seksual (sexual behaviour) itu sendiri.


Menurut saya pribadi, yang harus dikampanyekan lebih sering adalah tentang bagaimana melakukan hubungan seksual secara aman. Terlepas dari pasangan tersebut sudah menikah atau belum, heterokseksual atau homoseksual.


Saya cukup setuju dengan kubu netizen yang bilang bahwa topik talkshow tvOne ini terlalu diskriminatif. Tapi, saya juga tidak sepenuhnya setuju dengan mereka, sejauh mereka mengaitkan Indonesia-yang-mayoritas-Muslim dengan rendahnya kesadaran akan hak asasi terhadap kaum LGBT.


Menurut saya, diskriminasi bukan soal Muslim atau bukan, homo atau hetero. Diskriminasi adalah tentang pribadi. Apapun agamanya, apapun rasnya, apapun latar belakang pendidikannya, sepanjang kita selalu merasa paling benar dan bebas menghakimi, ya Indonesia akan ‘gini-gini aja’.


(Tadinya saya embed video YouTube-nya di sini, cuma karena sudah di-private sama yang upload, jadi saya hapus lagi)

Bagikan artikel ini
Terbaru
seneca

Luck is what happens when preparation meets opportunity

- Seneca -
Mau dikirimin artikel terbaru dong!

Jumlah TikTokers di Indonesia lebih dari 100 juta akun, salah satu yang terbanyak di dunia. Saya seakan tidak punya alasan untuk melewatkan TikTok sebagai media belajar dan sharing. Jadi, ketemu di sana juga yuk!

KENALAN YUK

Jika merasa konten di sini bermanfaat, minta tolong di-share ya artikelnya. Saya juga terbuka kalau teman-teman ingin berdiskusi.

kirim email