Jika kalian penasaran tentang apa yang terjadi di alam baka setelah kalian meninggal, series The Good Place adalah jawabannya. Tapi, jangan terlalu dianggap serius ya, karena ini bukan ‘diangkat dari kisah nyata’.
Dikemas dalam 4 season dan 53 episode, The Good Place membawa kita pada lelucon-lelucon renyah, hangatnya persahabatan, sampai akhirnya kita bertanya-tanya ‘apakah kita sudah cukup baik untuk berakhir di tempat yang baik?’.
Pembuatnya, Michael Schur, adalah lulusan Harvard yang memang cinta pada komedi sejak kecil. Dia juga mendapat titisan ke-filsafat-an dari ayahnya. Humor + filsafat = the Good Place.
Demi menyajikan teori-teori yang tidak salah kaprah, Schur tidak lupa melibatkan sejumlah profesor di bidang filsafat selama pembuatan series ini.
Disclaimer, artikel ini mengandung spoiler. Kalian yang belum nonton, dan menghindari spoiler, sebaiknya stop baca sampai di sini aja.
Yuk kita bahas!
Alternatif penyiksaan manusia di alam baka
The Good Place berawal dari eksperimen seorang iblis bernama Michael. Michael diberi izin oleh bosnya di the Bad Place untuk menyiksa manusia dengan cara yang tidak konvensional, dalam hal ini penyiksaan secara psikis.
Jika berhasil alias bisa lebih menyakitkan, maka penelitian ini akan jadi rujukan untuk penyiksaan alternatif di alam baka.
Michael “Si Arsitek” membangun sebuah lingkungan (kota) baru yang jadi replika the Good Place. Objek penelitiannya adalah 4 manusia ‘terpilih’ yakni Eleanor Shellstrop, Chidi Anna Kendrick Anagonye, Tahani Al-Jamil, and Jason Mendoza.
Mereka seharusnya masuk the Bad Place karena poin moral yang mereka kumpulkan di bumi tidak cukup untuk membawa mereka ke surga. Namun, sebelum masuk the Bad Place beneran, mereka menjadi kelinci percobaan terlebih dahulu.
Michael juga mengubah sejumlah iblis menjadi menyerupai manusia untuk meyakinkan 4 orang itu bahwa mereka ada di the Good Place. Para iblis ini seolah-olah adalah tetangga mereka.
Skenario the Good Place terbongkar
Sebelum membahas lebih jauh, saya coba perkenalkan sekilas mengenai karakteristik para pemeran utamanya sebelum mereka meninggal.
Eleanor adalah cewek egois yang tanpa-merasa-berdosa bekerja sebagai sales obat-obatan berbahaya. Dia sulit percaya pada orang atau jatuh cinta karena ada trauma terkait masa lalu keluarganya yang kelam.
Chidi adalah seorang profesor etika yang kepalanya dipenuhi dengan teori-teori filsafat. Sisi lain, dia sangat sulit membuat keputusan bahkan untuk hal-hal remeh.
Tahani adalah orang super kaya berlogat British yang dermawan. Tapi, hatinya dipenuhi iri-dengki pada saudara perempuannya yang dianggap lebih populer dan lebih disayangi orang tua mereka.
Jason adalah seorang pembuat onar ‘kelas teri’ asal Florida. Dia meninggal kehabisan oksigen terperangkap dalam peti ketika akan merampok sebuah restoran.
Seiring waktu, Eleanor merasa curiga dengan apa yang terjadi di the Good Place. Sampai satu titik, dia meyakini bahwa sebenarnya mereka ada di neraka berselimut surga.
Untuk tahu bagaimana penggambaran ‘siksaan batin’ yang dialami mereka berempat, emang paling bener langsung nonton sih.
Baca juga: The Spy, Series Netflix Tentang Mata-mata Terbaik Israel
Manusia dan iblis bekerja sama
Michael yang merasa gagal (karena ketahuan Eleanor) langsung mengulangi lagi eksperimennya dari awal. Ingatan para manusia-manusia itu di-restart juga tentu saja. Sayangnya, keempat manusia ini selalu bisa menyadarinya, bahkan hingga ratusan kali pengulangan.
Tidak mau dianggap gagal oleh bosnya, Michael akhirnya memilih mengajak 4 manusia ini bekerja sama. Setelah pertimbangan yang panjang, mereka setuju meskipun takut-takut kalau Michael akan berkhianat (namanya juga iblis yekan).
Tanpa disadari, pelan-pelan hubungan kerja sama ini berubah jadi semakin personal. Michael benar-benar berusaha memenuhi janjinya dengan mencoba berbagai cara untuk membawa Eleanor Cs ke the ‘Real’ Good Place.
Di tengah usaha pembuktian pada hakim bahwa Eleanor Cs bisa jadi manusia lebih baik, di saat yang sama juga, Michael menemukan ada yang salah dengan sistem perhitungan poin moral di alam baka.
Banyak orang yang tidak melakukan keburukan tapi tiba-tiba poinnya berkurang karena ‘unintended consequences’. Contohnya seseorang beli buah-buahan, bisa saja itu menjadi keburukan tanpa disadari. Alasannya misal karena buah-buahan itu menggunakan pestisida yang berbahaya untuk alam.
Michael dan 4 manusia mencoba mendesain sistem alam baka yang baru agar perhitungan poin moral bisa benar-benar adil. Mereka juga harus meyakinkan para ‘penyiksa manusia’ di the Bad Place agar mau menyetujui sistem buatan mereka.
Series The Good Place adalah perpaduan dari ide cerita yang kreatif, skenario yang ditulis dengan sangat baik, konteks humor yang terasa dekat, dan penyampaikan teori-teori filsafat dengan cara lebih santai.
Baca juga: Series Netflix MH370: 3 Teori Dugaan Hilangnya Pesawat
Penutup
Series ini bukan baru tayang, dibuat pertama kali 6 tahun lalu dan season terakhirnya ditayangkan pada 2020. Saya menontonnya baru-baru ini setelah direkomendasikan oleh seseorang. Ternyata.. kemudian malah jadi salah satu series favorit.
Buat informasi, saya nonton series the Good Place ini di Netflix. Cuma, ada juga di beberapa platform lain seperti salah satunya Prime Video.
Saya menikmati setiap lelucon, setiap hubungan antar karakternya, juga setiap konfliknya. Saya juga suka istilah Jeremy Bearimy yang unik meski agak membingungkan awalnya.
Menonton ini, saya sarankan kalian tidak berpatokan pada agama tertentu. Isinya akan terlalu gado-gado. Diawali dengan condong ke agama tertentu, diakhiri dengan agama lainnya.
Pokoknya jangan terlalu serius, namanya juga komedi. Despite the long hours, the series was worthwhile. Beneran deh.
Untuk mengakhiri tulisan ini, saya ingin menyertakan satu percakapan Chidi dan Eleanor di episode terakhir yang layak diresapi maknanya:
Chidi:
Bayangkan sebuah ombak di lautan. Kamu bisa melihatnya, mengukurnya, tingginya, cara cahaya matahari memantul ketika melewatinya. Dan itu ada di sana. Dan kamu bisa melihatnya. Kamu tahu apa itu, itu ombak.
Kemudian dia pecah di pantai dan hilang. Tapi, airnya masih ada di sana. Ombak hanyalah cara berbeda bagi air untuk ada di sana, untuk sementara waktu. Kamu tahu? Itu satu konsep kematian bagi orang Buddha: ombak kembali ke lautan, tempat asalnya, dan tempat yang seharusnya.
Eleanor: Not bad, Buddhist.
Chidi: Not bad.
“Hey, Janet?”
Sumber foto: NBC The Good Place Twitter
