Series Netflix tentang tragedi MH370 sudah bisa kita saksikan mulai 8 Maret 2023. Limited series 3 episode itu memvisualisasikan 3 teori dugaan penyebab hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH370 yang terjadi pada 2014 silam.
Disclaimer, artikel ini mengandung spoiler. Kalian yang belum nonton, dan
menghindari spoiler, sebaiknya stop baca sampai di sini aja.
Ok, lanjut.
Hilangnya MH370 Saat Penerbangan Tengah Malam
Kita flashback sedikit, pesawat Boeing 777 Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH370 hilang dari radar sekitar 30 menit setelah take off dari Kuala Lumpur pada tengah malam. Tujuan akhir pesawat ini adalah Beijing, China.
MH370 tak lagi terdeteksi di radar saat melintas di atas Laut China Selatan, tepatnya di kawasan transisi antara wilayah udara Malaysia dan Vietnam.
Pesawat yang membawa 227 penumpang dan 12 kru itu tidak hanya hilang dari radar, tapi benar-benar lenyap. Bertahun-tahun dilakukan pencarian, tak pernah diketahui pasti ke mana perginya, atau ke mana jatuhnya jika memang jatuh.
Kesimpulan akhir dari Malaysia mengenai tragedi ini adalah:
1. Pesawat MH370 layak terbang
2. Pilot kompeten
3. Dugaan campur tangan pihak ketiga yang melanggar hukum tak bisa dikesampingkan
4. Tidak diketahui alasan MH370 berbalik arah
5. Tak bisa ditentukan apa penyebab pasti dari hilangnya MH370
Teori ke-1: Pilot MH370 Lakukan Pembunuhan Massal dan Bunuh Diri
Orang-orang, baik ahli atau awam, punya teori mereka sendiri tentang kemungkinan pemicu hilangnya MH370, beberapa di antaranya yakni: pilot bunuh diri, ditabrak meteor, kegagalan mesin, dibajak alien, hingga akal-akalan asuransi.
Lewat series berjudul “MH370: The Plane That Disappeared”, Netflix mengajak kita mencerna 3 teori yang kemungkinan adalah akar masalah MH370. Tiga teori itu dikemukakan oleh 2 orang jurnalis: Jeff Wise dan Florence de Changy.
Jeff Wise adalah jurnalis asal Amerika Serikat yang terutama menulis tentang isu-isu penerbangan. Dia menduga setidaknya ada 2 teori yang bisa jadi adalah penyulut kejadian ini.
Teori pertama Jeff menduga pilot-lah yang jadi mastermind tragedi ini.
Sang pilot, Kapten Zaharie Ahmad Shah, diduga secara sengaja membajak pesawat, menghilangkannya dari radar, dan membawanya jauh ke tengah-tengah Samudera Hindia hingga kehabisan bahan bakar.
Terkait teori ini, Polisi Malaysia juga sebenarnya sempat mengarahkan kejadian MH370 ke arah aksi kriminal dengan menggeledah rumah pilot dan menyita sebuah simulator penerbangan. Namun, sampai akhir penyelidikan, tak terbukti ada tindak kriminal.
Kembali ke teori Jeff, berikut urutan skenario-nya:
1. Pilot meminta kopilot mengambilkan sesuatu ke luar kokpit ketika pesawat memasuki perbatasan wilayah udara Malaysia dan Vietnam (zona abu-abu)
2. Ketika kopilot sudah keluar, pilot mengunci kokpit dari dalam
3. Pilot mematikan semua alat elektronik dan membuat pesawat hilang dari radar
4. Pilot mulai mengurangi tekanan di kabin
5. Penumpang tak sadarkan diri karena kekurangan oksigen
6. Pesawat dibelokkan ke sisi kiri dan berputar ke arah Samudera Hindia sampai bahan bakarnya habis
“Jika Zaharie yang melakukan pembajakan, maka pasti seperti itu skenarionya,” kata Jeff.
Teori ke-2: Pembajakan Pesawat MH370 oleh Rusia
Teori kedua dari Jeff Wise adalah Rusia ada di balik kejadian ini. Berdasarkan data manifest, memang ada 3 penumpang etnis Rusia di MH370.
Teori ini terpikir oleh Jeff saat ada pesawat Malaysia Airlines yang ditembak jatuh di atas Ukraina, di dekat perbatasan Rusia, sekitar 4 bulan pasca kejadian MH370.
Jeff bilang selama ini Malaysia Airlines tak pernah mengalami kecelakaan signifikan sejak 1990an. Menjadi agak aneh, katanya, kalau tiba-tiba mereka kehilangan dua pesawat Boeing 777 dalam waktu berdekatan.
“Kebetulan yang sulit dipercaya,” katanya.
Media memberitakan kalau MH17 diduga ditembak dengan rudal oleh kelompok milisi pro-Rusia di Ukraina. Namun, sejumlah pihak meragukan bahwa kelompok ini bisa melakukannya tanpa bantuan militer dan intelijen Rusia.
Rusia sendiri telah membantah terlibat dalam jatuhnya MH17. Hingga saat ini, belum ada konfirmasi yang jelas mengenai penyebab tragedi yang menewaskan 298 orang ini.
“Tersangka utama saya adalah dinas intelijen yang sama yang terlibat dalam MH370,” kata Jeff soal kejadian MH17.
Kembali ke teori kedua Jeff, berikut urutan skenario-nya:
1. Ada 3 penumpang etnis Rusia di MH370 (sesuai data manifest)
2. Saat pesawat memasuki ‘zona abu-abu’, dua orang di antaranya sengaja membuat keributan untuk menarik perhatian kru pesawat dan penumpang lain
3. Sementara satu orang lainnya diam-diam menyelinap ke ruangan elektronik untuk masuk ke sistem pengendali penerbangan
4. Dengan laptopnya, dia membuat MH370 hilang dari radar dan sekaligus membelokkan arah pesawat ke utara
5. Dia juga menurunkan tekanan di kabin dan memutus sistem oksigen ke kokpit
6. Tak lupa, dia juga memanipulasi data Inmarsat agar pesawat seolah-olah berputar balik ke selatan (soal Inmarsat, nanti akan dibahas di bawah)
7. Pesawat jatuh di gurun di Kazakhstan
“Pertanyaan selanjutnya, apa motif Rusia melakukan ini?” katanya.
Jeff menduga MH370 ada hubungannya dengan upaya Rusia untuk mengalihkan perhatian dunia. Karena, 8 hari sebelum hilangnya MH370, militer Rusia baru saja berbondong-bondong masuk ke Krimea (yang termasuk wilayah Ukraina). Tak ayal aksi militer itu jadi kecaman seluruh dunia, sebelum akhirnya beberapa hari kemudian sorotan media beralih ke MH370.
Baca juga: Sinopsis The Spy, Series Netflix Tentang Mata-mata Terbaik Israel
Teori ke-3: Amerika Serikat Terlibat Hilangkan MH370
Florence de Changy adalah jurnalis investigasi asal Prancis yang berpengalaman meliput isu-isu Asia-Pasifik selama sekitar 30 tahun. Berdasarkan berbagai sumber yang dia kumpulkan, Florence menduga bukan Rusia, tapi Amerika-lah yang ada di balik duka MH370.
Berdasarkan pernyataan pemerintah Malaysia, MH370 berbalik arah dari Laut China Selatan ke arah Samudera Hindia dan berakhir di sisi selatan dekat Australia.
Ketika berbalik arah itu, kata Florence, seharusnya MH370 terbang melewati atas pangkalan udara Butterworth (Malaysia). Butterworth berada di bawah komando militer Australia.
Anehnya, lanjut dia, tak ada reaksi apapun dari Butterworth saat pesawat MH370 melintas. Florence bingung mestinya pesawat sebesar Boeing 777 akan memicu reaksi-rekasi, termasuk alert atau bahkan pencegatan (interception).
“Lebih sulit dipercaya lagi, bahwa saat itu, sedang digelar dua latihan militer besar-besaran di Laut China Selatan yang melibatkan Amerika. Artinya ada banyak kekuatan militer di area itu (saat itu),” katanya.
Florence curiga kalau pesawat itu tak benar-benar putar balik.
Satu-satunya petunjuk kalau MH370 ‘berhenti’ di Samudera Hindia bagian selatan adalah data dari Inmarsat. Florence kemudian mempertanyakan kredibilitas Inmarsat terkait data yang dilaporkannya ke Pemerintah Malaysia.
Inmarsat adalah perusahaan penyedia layanan jaringan komunikasi satelit dari Inggris. Salah satu klien Inmarsat, kata Florence, adalah pemerintah Amerika Serikat. Jadi, otomatis dia mencurigai ada kedekatan antara Inmarsat dan Amerika.
“Apakah sulit untuk percaya kalau data yang dikeluarkan oleh Inmarsat adalah hasil rekayasa atau dibuat-dibuat? Untuk menutupi apa yang sebenarnya terjadi dengan MH370,” kata jurnalis Le Monde itu.
“Menurut saya, MH370 tidak berputar balik, apapun yang terjadi (dengan MH370), itu terjadi di Laut China Selatan,” lanjutnya.
Teori Florence ini tak lepas dari informasi yang diberikan salah satu keluarga korban MH370, Ghyslain Wattrelos. Ghyslain kehilangan istri dan 2 anaknya dalam penerbangan itu.
Dalam series ini, Ghyslain juga divisualisasikan bertemu ‘sumber’ yang mengatakan bahwa Amerika tahu mengenai apa yang ada di balik kejadian ini.
Pendapat lain yang menguatkan teori Florence adalah seorang ahli foto asal Florida (AS), Cindy Hendry. Cindy meyakini ada beberapa foto satelit yang menunjukkan puing-puing pesawat di Laut China Selatan.
Pertanyaan berikutnya, kenapa Amerika Serikat?
Florence mencari tahu kenapa MH370 menjadi penting untuk dihilangkan.
Dia kemudian menemukan sesuatu yang sangat menarik dengan salah satu kargo yang dibawa MH370. Kargo tersebut membawa 2,5 ton benda elektronik dalam bentuk ‘Lithium Ion batteries-walkie-talkie, accessories, & chargers’.
Kargo mencurigakan itu dibawa dengan pengawalan khusus dan (seperti sengaja) dinaikkan ke pesawat setelah larut malam. Lebih dari itu, kargo ini tanpa melalui proses scan x-ray terlebih dahulu, dengan alasan ‘mesin x-ray tidak tersedia’.
“Saya pikir ini sangat aneh,” kata Florence.
Florence menuturkan sudah jadi rahasia umum bahwa selama ini China berhasrat mendapatkan (meniru) teknologi tinggi Amerika terkait kerja mata-mata yakni drone tanpa awak (stealth drone).
Amerika berusaha agar kargo tersebut tidak sampai ke tujuannya. “Jadi, hal seperti ini bisa jadi inti dari apa yang terjadi dengan MH370,” katanya.
Bagaimana Amerika ‘mencegat’ MH370 menurut teori Florence?
1. Ketika memasuki ‘zona abu-abu’, dua pesawat AWACS (pengganggu sinyal yang fenomenal) mendekati MH370 dari atas dari dari bawah (mengapitnya)
2. Airborne Warning and Control System (AWACS) membuat MH370 hilang dari radar
3. AWACS berkomunikasi dengan pilot dan memintanya melakukan pendaratan di lokasi terdekat
4. Pilot kemungkinan menolak order tersebut dan tetap mengarahkan pesawat ke Beijing
5. Terjadi perdebatan
6. Karena MH370 sudah mendekati wilayah udara China, AWACS pun harus mundur
7. Kejadian berikutnya adalah MH370 ‘bertemu takdirnya’, entah dengan missil atau tabrakan di udara

Dugaan rekayasan simulator pesawat milik pilot
Ghyslain Wattrelos menduga telah terjadi rekayasa kasus oleh Amerika, tepatnya FBI. Seperti diketahui FBI adalah pihak yang menyita simulator pesawat milik pilot dari rumahnya untuk dilakukan penyelidikan.
Entah bagaimana, baru beberapa tahun kemudian, diungkap bahwa rute yang dibuat Kapten Zaharie Ahmad Shah di simulator pribadinya adalah hampir sama dengan rute yang dibuat MH370 sebelum jatuh di Samudera Hindia.
“Sekian tahun kemudian, ‘Ah! Rute penerbangan di simulator sama dengan rute penerbangannya (MH370)’. FBI merencanakan sesuatu. Bagiku, sekali lagi, ini bukti keterlibatan Amerika. Aku yakin Malasyaia adalah ‘antek’. Mereka dikabari, tapi tetap tak boleh bicara,” kata Ghyslain.
“Amerika memimpin penyelidikan sejak awal, Inggris yang menemukan pesawat melalui Inmarsat. Australia memimpin pencarian di Samudera Hindia,” lengkapnya. Kita tahu bahwa ketiga negara tersebut satu aliansi.
Baca juga: Review Novel Hitam 2045
Penutup
Ada hal sangat menarik yang kenapa Netflix justru tidak beri perhatian lebih banyak, yakni tentang panggilan telepon dari penumpang.
Saat itu, keluarga penumpang sedang berkumpul di sebuah hotel di Beijing untuk menunggu informasi terbaru, tiba-tiba salah satu dari mereka mendapat telepon dari keluarganya (yang merupakan penumpang MH370). Sayangnya, saat akan diangkat, deringnya keburu berhenti.
Netflix, why??
Terakhir, saya turut bersimpati untuk keluarga para penumpang. Semoga akan ada titik terang di kemudian hari mengenai apa penyebab sebenarnya.
Jadi, bagaimana menurut kalian series Netflix ini? Informatif atau justru malah bikin makin bertanya-tanya? Jika berkenan, silakan share artikel ini ya.