Saya mau cerita pengalaman naik Garuda Indonesia di seat yang layar IFE-nya mati atau tidak aktif. In Flight Entertainment (IFE) adalah layar kecil di depan kursi kita untuk menonton film, mendengarkan musik, dan menikmati hiburan lainnya.
Rute penerbangan yang saya naiki adalah rute domestik dengan lama perjalanan sekitar 3 jam. Pesawat yang digunakan adalah Boeing 737-800 dengan pembagian duduk 3-3.
Karena sejak awal memang saya tidak pilih tempat duduk, jadi secara random kebagian kursi nomor 48 saat check in di bandara. Kursi 48 ini adalah kursi paling belakang, paling dekat dengan toilet.
Pertama melihat monitor IFE-nya mati, saya masih positif thinking “mungkin karena belum dinyalakan saja”. Tapi kenapa layar orang-orang sudah hidup. Setelah diperhatikan, ternyata di bawah layarnya ada tulisan ‘Monitor IFE Dimatikan (IFE monitor deactivated)’.
Kemudian saya bertanya kepada seorang pramugara, kok punya saya mati layarnya. Dia menjelaskan bahwa memang demikian, alias bukan karena error. Sebagai ganti ketidaknyamanan, penumpang akan mendapat “kompensasi” begitu tiba di bandara tujuan.
Mendengar kata “kompensasi” dikolaborasikan dengan “penerbangan”, kok saya agak pesimis ya, apalagi setelah banyaknya kasus pemberian kompensasi yang tidak seharusnya. Saya jadi berpikir “ah paling dikasih snack roti-mineral water”.
Baca juga: Pengalaman Urus BI Checking Sendiri ke Kantor OJK
Ketika landing, saya langsung mendatangi customer service Garuda Indonesia. Saya bilang bahwa saya mau tanya soal kompensasi untuk penumpang yang monitor IFE-nya tidak aktif.
Ternyata petugasnya sudah tahu apa yang saya maksud. Dia meminta KTP dan boarding pass saya plus saya juga diajak foto berdua petugasnya sebagai bukti bahwa kompenasinya sudah diberikan.
Petugas customer service menjelaskan bahwa monitor IFE tidak diaktifkan untuk baris kursi 47-48 karena memang jaringan untuk IFE hanya sampai ke kursi nomor 46. Jadi sebenarnya kursi 47 dan 48 ini adalah bisa dibilang kursi tambahan.
Apa tuh kompensasinya? Seperti judul artikel ini, kompenasinya adalah amplop berisi uang Rp100.000 (bukan snack ya gais). Sedikit di atas ekspektasi.
Namun, saya jadi bertanya-tanya, kenapa begitu saya duduk di pesawat, petugas tidak inisiatif memberitahu soal kompensasi ini. Jangan-jangan maskapai diam saja jika penumpang tidak bertanya duluan.
Ini jadi pelajaran juga buat saya untuk (kalo bisa) memilih nomor kursi sejak awal, atau setidaknya minta ke petugas check in untuk tidak duduk di nomor 47-48 jika masih tersedia. Untuk kalian yang duduk di kursi 47-48, jangan lupa ‘reimburse’ ya. Haha.. lumayan buat jajan.
Info tambahan, ternyata pada Juli 2019, Garuda pernah digugat karena tak menghidupkan monitor IFE ini. Berikut linknya: Gara-gara Monitor Rusak, Garuda Digugat Rp100