Sebelum Investasi di Saham Bank, Kenali Dulu Bisnis Modelnya

Bank Ilustrasi

Ada puluhan saham bank di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang bisa jadi tujuan investasi kita. Namun, apakah semua memang layak dibeli?


Saya sendiri senggaknya memiliki 3 saham bank di portofolio investasi. Tentu gak asal cap-cip-cup lalu beli sahamnya, tapi dipelajari dulu kinerjanya dan kemudian dilihat harganya masih cocok atau gak.


Nah, sebelum berinvestasi di saham bank dan menilai layak beli atau gak, ada baiknya kita mengerti dulu bagaimana bisnis model industri ini.


Melalui tulisan ini, saya akan coba menjelaskannya sejauh pemahaman saya dan sesederhana mungkin. Oh iya, ini saya bahas versi bank konvensional dulu ya, bukan syariah.


Mari!


Bisnis model perbankan


Siklus bisnis dalam perbankan secara sederhana adalah bank mengumpulkan dana dari masyarakat (yang disebut Dana Pihak Ketiga/DPK) baik dalam bentuk tabungan, giro, atau deposito. Kemudian, dana itu didistribusikan lagi oleh bank ke pihak lain yang butuh pinjaman.


Bank lantas mengambil untung dari selisih bunga antara bunga “penyimpanan” dan bunga “peminjaman”. Selisih ini istilah lainnya disebut juga Net Interest Margin (NIM)


Misalnya begini: Seorang karyawan swasta bernama Trent memiliki deposito ber-tenor 12 bulan di Bank BCA senilai Rp100 juta dengan bunga 2%. Uang Trent tersebut kemudian disalurkan BCA ke nasabah lain yang butuh pinjaman, katakanlah perusahaan XYZ.


Perusahaan XYZ ini lantas dikenakan bunga pinjaman 10% oleh BCA. Artinya, dalam proses pinjam meminjam ini, secara kasar, akan ada margin keuntungan 8% yang diterima BCA yang berasal dari 10% dikurangi 2%.


Bisnis model perbankan


Nah, margin inilah yang ‘menghidupi’ bank. Artinya, semakin besar marginnya, semakin besar keuntungan bank.


Baca juga: Lampu Kuning Investasi P2p Lending


Bagaimana bank meningkatkan keuntungan?


Ini menarik. Perusahaan mana sih yang gak pengen untungnya meningkat? Bicara mengenai bisnis perbankan, senggaknya ada 4 cara bagi bank agar bisa menaikkan margin keuntungan mereka yang bisa kita perhatikan sebagai investor, yakni:


1. Meningkatkan bunga kredit
Misalnya perusahaan XYZ tadi bunga pinjamannya dinaikkan dari 10% menjadi 12%. Tapi, menaikkan rate ini gak semudah itu ya, ada banyak pertimbangan pastinya.


2. Meningkatkan rasio dana murah (Current Account Saving Account/CASA)
Kembali ke contoh di atas, maksudnya semakin kecil bunga yang bank bayar ke Trent, akan semakin bagus. 


Di perbankan, tabungan dan giro digolongkan sebagai dana murah. “Murah” di sini maksudnya bunga yang dibayar oleh bank ke nasabah cenderung (super) kecil. Sebaliknya, deposito digolongkan sebagai dana mahal karena bunga deposito di atas bunga tabungan dan giro.


Saya masih suka geleng-geleng dengan bank digital yang berani nawarin deposito dengan bunga sekitar 8% atau lebih. Lah, trus segimana dia dapet untungnya? Katakanlah dia pinjamkan lagi ke Perusahaan XYZ dengan bunga 10%, artinya dia hanya punya margin 2%. Belum biaya operasional, pajak, dll.


3. Operasional yang efisien
Ini lebih pada beban gaji, maintenance, administrasi, dan sejenisnya.


4. Menurunkan rasio kredit macet
Alias meningkatkan kualitas kredit, jangan asal kasih pinjaman, harus terukur.


Bicara mengenai dana murah, berikut saya bandingkan bunga di tabungan Tahapan BCA dan deposito:


Bunga pinjaman BCA


BCA ini adalah “Raja” CASA di perbankan Indonesia, rasio perbandingan dana murahnya lebih dari 80% . BNI, BRI dan Bank Mandiri sekitar 65-70%. Silakan koreksi jika saya salah.


Kenapa sih BCA bisa setinggi itu? 


Logikanya begini, CASA itu kan salah satunya dari tabungan. Artinya harus sebanyak mungkin orang nabung di bank tersebut, atau menggunakan bank tersebut untuk kebutuhan transaksi sehari-hari mereka.


Apa yang menarik orang untuk nabung di BCA? Ada banyak alasannya. 


Saya sendiri sebagai salah satu pengguna BCA, alasan saya adalah pertama karena kebanyakan teman dan keluarga saya juga pengguna BCA, jadi biar biaya transfernya gratis. 


Kedua, karena ATM BCA itu ada di mana-mana (dengan catatan saat ini saya tinggal di Jakarta ya). Ketiga, m-Banking BCA itu the best sih sejauh ini. 


Oh iya, belum lagi cerita satpam BCA yang melegenda itu. 


Jadi, soal tabung menabung ini akan banyak considerationnya. Setiap orang bisa beda-beda kenapa pilih bank tertentu. Tapi, menurut hemat saya, sekali seorang nasabah sudah nyaman, bakal susah sekali dia “pindah ke lain hati”. 


Ini juga yang jadi “moat” BCA, ekosistemnya sudah terbentuk.


Nasabah tabungan ini beda dengan nasabah deposito. Nasabah deposito akan lebih gampang pindah bank menurut saya. Mereka akan cenderung memilih yang kasih bunga lebih tinggi. 


Apakah penghasilan bank dari bunga saja?


Tentu aja gak cuma bunga. Ada penghasilan lain yang disebut fee based income. Seperti misalnya kita bayar biaya admin ATM, katakanlah Rp15.000 per bulan, nah itu masuk ke fee based income. Termasuk juga biaya-biaya transaksi dan biaya administrasi yang lain.


Itulah kenapa semakin tinggi persentase fee based income terhadap penghasilan keseluruhan bank, menurut saya, akan semakin bagus. Salah satu bukti kalau bank tersebut punya basis nasabah yang kuat dan aktif bertransaksi. Ini kembali ke soal “moat” tadi.


Baca juga: Tentang Saham BTPS, Emiten Si Paling Mikro


Bagaimana jika DPK tidak cukup untuk membiayai kredit?


Jika DPK tidak mencukupi, maka bank akan mencari alternatif sumber pendanaan lain. Seperti misalnya dengan uang dia sendiri (modal), menerbitkan obligasi/sukuk, pinjam ke pihak atau bank lain, dan laba ditahan dari periode-periode sebelumnya.


Penutup


Demikian sekilas mengenai model bisnis perbankan sejauh pemahaman saya. Saya akan coba membahas hal-hal lain terkait industri ini di tulisan-tulisan berikutnya, seperti misalnya apa saja rasio yang harus diperhatikan sebelum membeli saham perbankan.

 


Terima kasih banyak sudah membaca sejauh ini. Jika dirasa isinya bermanfaat, silakan di-share ya. Sebaliknya, jika ada yang kurang berkenan atau ada kesalahan informasi, silakan hubungi email atau sosial media tertera.

 

Cover Photo by Claudio Schwarz on Unsplash

 

 

Bagikan artikel ini
Terbaru
seneca

Luck is what happens when preparation meets opportunity

- Seneca -
Mau dikirimin artikel terbaru dong!

Leave a Comment

Your email address will not be published.

Jumlah TikTokers di Indonesia lebih dari 100 juta akun, salah satu yang terbanyak di dunia. Saya seakan tidak punya alasan untuk melewatkan TikTok sebagai media belajar dan sharing. Jadi, ketemu di sana juga yuk!

KENALAN YUK

Jika merasa konten di sini bermanfaat, minta tolong di-share ya artikelnya. Saya juga terbuka kalau teman-teman ingin berdiskusi.

kirim email