Ngomongin Sepatu Bata

Sepatu Bata Blok M Square

Ungkapan “beli saham yang produknya kamu pake” sepertinya gak berlaku untuk saham sepatu Bata. Senggaknya untuk saat ini.


Siapa coba yang gak kenal sepatu Bata? Saya pikir semua tau. Tapi bicara kinerja, nanti dulu. Bata masih terseok-seok karena persaingan yang semakin ketat dan biaya operasional yang terus naik.


“Terkait aspek persaingan di industri alas kaki, (saat ini) semakin ketat karena banyaknya pemain dari sektor formal dan informal yang membanjiri pasar dengan produk murah dan palsu,” kata Presiden Direktur PT Sepatu Bata Tbk, Ajay Ramachandran, dalam laporan tahunan 2022.


Fyi aja, Pak Ajay ini baru aja ngajuin resign per-Mei 2023.


So, di artikel ini saya akan coba bahas sedikit soal kinerja Bata dan apa sih yang bakal manajemen lakuin ke depan agar terus bisa bersaing dan tentu aja gak melulu rugi.


Yuk, mulai.


Kinerja Bata Tahun 2022


Pendapatan Bata sepanjang 2022 tercatat Rp643,5 miliar, 47% lebih tinggi dibanding 2021. Pendapatan naik, COGS ternyata naik lebih tinggi, sekitar 57%. Aset pajak tangguhan yang dibebankan ke laba rugi juga jadi pemberat untuk keuangan Bata.


Bicara mengenai segmen penjualan, transaksi melalui toko fisik masih jadi penyumbang terbesar pendapatan Bata yakni sekitar 90%. Sebagai informasi, Bata punya 425 toko fisik di seluruh Indonesia.


Penyumbang kedua terbesar yakni penjualan via online sekitar 8%. Penjualan online ini termasuk yang jadi fokus manajemen Bata, hanya saja, jika dilihat dari persentase, hanya naik 1% dibanding 2021.


Sepertinya tahun 2022 masih bukan tahun yang bagus untuk Bata.


Kinerja BATA 2022


Meski pendapatan naik hampir 50%, namun laba bersih mereka justru terbenam semakin dalam. Pada 2021, Bata mengalami rugi sekitar Rp51 miliar, sementara 2022 ruginya double jadi sekitar Rp107 miliar.


Baca juga: Tentang Saham BTPS, Emiten Si Paling Mikro


Lalu Bata Mau Ngapain?


Manajemen Bata gak menampik persaingan di segmen alas kaki semakin berat. Mau gak mau mereka harus terus pinter-pinter beradaptasi. Nama besar aja gak cukup.


Bata gak cuma harus adaptif dari segi produk, tapi juga lebih jeli dalam menentukan harga dan lebih inovatif dalam melakukan penjualan.


Sejauh ini Direksi sudah dan akan melakukan sejumlah tindakan atau kebijakan untuk memperbaiki kinerja Bata di masa depan, di antaranya:


1. Mendorong efisiensi biaya-biaya
2. Menguatkan penjualan online
3. Bekerjasama dengan influencer
4. Membuka kemungkinan tujuan ekspor baru (selama ini sudah ke Thailand, Malaysia, Kenya, dan Peru)
5. Meluncurkan produk baru
6. Merenovasi toko (belum ada rencana penambahan)
7. Menutup pabrik untuk sementara (Bata saat ini punya satu pabrik yakni di Purwakarta, Jawa Barat)
8. Merampungkan struktur organisasi perusahaan


Saya coba mencari data pangsa pasar alas kaki di Indonesia, sayangnya sejauh ini belum ketemu. Hanya ada data per-2017 seperti yang dilansir dari Bisnis.com, itupun hanya untuk data sepatu.


Berdasarkan data tersebut, Bata menguasai pangsa pasar 27% untuk sepatu casual, 22% untuk sepatu kerja pria, dan 15,5% untuk sepatu kerja wanita. Sementara di segmen lainnya, Bata menguasai di bawah 10% pasar.


Tentu akan banyak perubahan dalam 6 tahun terakhir. Data di atas hanya sekedar gambaran.


Baca juga: Eastparc Hotel yang Gercep Rilis Laporan Keuangan


Sejarah Sepatu Bata


Bata punya sejarah panjang di Indonesia. Bata bisa dibilang salah satu pabrikan sepatu terkenal yang punya kesan lokal banget.


Merek kebanggaan Indonesia yang bersaing di tengah gempuran merek-merek asing seperti Nike dan Adidas. Terbaru ada juga Skechers.


Tapi, apakah pendiri Bata benar-benar orang Indonesia? Ternyata bukan. Melainkan orang Ceko (sebuah negara di Eropa Tengah).


Mari saya bahas sedikit sejarahnya.


Kerajaan bisnis sepatu Bata dimulai dengan didirikannya sebuah bisnis keluarga, The T. & A. Baťa Shoe Company’ pada 1894 di sebuah kota kecil di Ceko bernama Zlin. Pendirinya adalah 3 bersaudara Tomáš, Anna, dan Antonín Baťa.


Produk yang diminati pasar membuat Bata terus membesar. Sekitar tahun 1935, Bata sudah memiliki lebih dari 65.000 pekerja dengan produksi sepatu 168.000 pasang setiap harinya.


Bata juga mulai melebarkan sayap ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Di Indonesia, Bata awalnya beroperasi sebagai importir sepatu. Sampai akhirnya pada 1940, Bata mulai bisa memproduksi sepatu di Indonesia dengan mendirikan pabrik di Kalibata, Jakarta Selatan.


Di Indonesia, sebanyak 82,01% saham PT Sepatu Bata Tbk (BATA) dimiliki oleh Bafin (Nederland) BV dan sisanya yakni 17,99% dimiliki oleh Publik.


Penutup


Kinerja Bata sepanjang 2022 masih jauh panggang dari api. Kerugian yang melambung dan kas dari aktivitas operasi yang mungil jadi lampu kuning buat manajemen, mungkin mengarah ke lampu oranye tepatnya. Belum ada tanda-tanda turnaround.


Belum lagi persaingan yang semakin ketat di segmen ini. Presiden direktur Bata yang baru (jika pengajuan resign yang sekarang disetujui) tentu akan sangat berat. Menarik untuk ditunggu kiprahnya.


Pergerakan harga saham BATA (Stockbit)


Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan di-share ya. Sebaliknya, jika ada yang kurang berkenan atau ada kesalahan informasi, silakan hubungi email atau sosial media tertera.


Sumber artikel: Bata Worldwide, Bata.id, Bisnis, IDX.co.id
Sumber foto: blokmsquare.id, Stockbit

Bagikan artikel ini
Terbaru
seneca

Luck is what happens when preparation meets opportunity

- Seneca -
Mau dikirimin artikel terbaru dong!

Jumlah TikTokers di Indonesia lebih dari 100 juta akun, salah satu yang terbanyak di dunia. Saya seakan tidak punya alasan untuk melewatkan TikTok sebagai media belajar dan sharing. Jadi, ketemu di sana juga yuk!

KENALAN YUK

Jika merasa konten di sini bermanfaat, minta tolong di-share ya artikelnya. Saya juga terbuka kalau teman-teman ingin berdiskusi.

kirim email