Depresiasi dan amortisasi sama-sama membahas soal penurunan nilai asset dari waktu ke waktu. Serupa tapi tak sama. Apa bedanya?
Mari kita bahas depresiasi dulu. Depresiasi menghitung nilai asset tetap yang berwujud (tangible assets) seperti mesin, bangunan, atau kendaraan. Setiap aset tersebut punya umur ekonomis tertentu yang akan habis atau sangat berkurang seiring waktu. Depresiasi mencatat setiap penurunan nilainya setiap tahun.
Misalnya perusahaan ABC beli mesin seharga Rp100 juta dengan usia ekonomis 10 tahun. Maka, Perusahaan akan mencatat depresiasi sebesar Rp 10 juta per tahun (Rp 100 juta dibagi 10 tahun) di laporan keuangannya.
Jika depresiasi untuk asset berwujud, amortisasi sebaliknya, untuk asset-aset tidak berwujud (intangible assets), seperti hak paten, merek dagang, atau lisensi. Sama seperti depresiasi, amortisasi mencatat penurunan nilai aset tak berwujud dari waktu ke waktu sesuai dengan umur ekonomisnya.
Baca juga: Durasi dan Konveksitas dalam Obligasi
Contohnya misalkan perusahaan ABC membeli hak paten seharga Rp50 juta yang berlaku selama 5 tahun. Perusahaan akan mengamortisasi paten tersebut sebesar Rp 10 juta per tahun. Setelah 5 tahun, nilai paten itu di laporan keuangan akan menjadi nol.
Sekarang udah clear ya kalau depresiasi dan amortisasi itu serupa tapi tak sama. Keduanya juga punya tujuan yang sama, yaitu mencatat penurunan nilai aset secara bertahap selama umur ekonomis aset tersebut. Namun, karena jenis aset yang dihadapi berbeda, istilah yang digunakan pun berbeda.
Kenapa Depresiasi dan Amortisasi Penting?
Memahami depresiasi dan amortisasi penting karena dapat membantu pemilik bisnis dan investor dalam menilai kondisi keuangan perusahaan. Perusahaan bisa tahu gambaran lebih akurat dan realistis tentang keuntungan dan cost yang sebenarnya.
Jadi, demikian ya apa beda antara keduanya.
Terima kasih banyak sudah membaca artikelnya sampai ujung. Jika merasa isinya bermanfaat, silakan di-share ya. Sebaliknya, jika ada yang kurang berkenan atau ada kesalahan informasi, silakan hubungi email atau sosial media tertera.
Sumber artikel: Reuters