Ke Pernikahan Mantan Demi Silaturahmi? Kok Agak Hipokrit

Datang ke pernikahan mantan

Sebuah grup WhatsApp (skala kecil) yang berisi teman-teman semasa kuliah, mendadak ramai. Salah satu anggota grup, sebut saja Gita, bingung untuk datang atau nggak ke pernikahan mantan-nya (yang juga teman kampus kami).


Grup tersebut beranggotakan 6 orang, termasuk saya. Tiga orang menyarankan Gita untuk datang, silaturahmi katanya. Satu orang berkomentar ‘terserah’. Saya menjadi satu-satunya yang getol berkomentar “ngapain sih dateng?”.


Saya tanya sama Gita “Alasan kamu, jika misalnya datang, memangnya apa? Kalau demi alasan silaturahmi kok kayaknya agak hipokrit ya”.


Saya sih heran aja. Sebagai Gita, kenapa dia harus dateng? Lagian kemarin itu undangannya disebar di grup kelas kami sewaktu kuliah, jadi sebenarnya Gita nggak secara khusus diundang. Seharusnya dia nggak punya ‘beban moral’ seandainya nggak datang. 


Saya juga bilang sama Gita, kalo kamu diundang secara pribadi sih boleh lah datang, artinya dia mungkin emang ngarep kamu dateng, secara pribadi.


Di luar konteks pernikahan mantan teman saya ini, beberapa hari lalu viral di media sosial tentang seorang cowok yang datang ke nikahan mantannya. Tak sekedar datang, salaman-makan, tapi lalu dia nangis-nangis di pelaminan. Katanya dia sulit melupakan hubungan dengan mempelai perempuan yang sudah berjalan 11 tahun, sebelum akhirnya kandas.


Baca jugaLebaran, Ditunggu atau Mengganggu?


Netizen memberi beragam komentar mengenai kejadian viral itu. Satu yang menarik perhatian saya adalah komentar dari akun @FunJunkies. Berikut selengkapnya:


1. Kemarin liat video seorang laki yang datang ke pernikahan mantannya, putus setelah 11 tahun hubungan nggak ke mana-mana. Nangis sesenggukan. Pengantennya juga salting (apalagi yang laki). Pertanyaanku, ngapain diundang? Nggak semua-semua harus menjadi bagian dari masa depan kita. Hilangkan basa basi.


2. 11 tahun pasti punya banyak kenangan. Tapi nyatanya kenangan itu nggak cukup untuk membawa kita ke masa depan. Mungkin pas putusnya ikhlas cuma hargai pasangan yang sekarang. Nangis di atas pelaminan malah jadi tontonan orang.


3. You don’t wanna have a wedding that people remember as “there’s an ex coming and cried like hell” kind of wedding.


Maunya kan orang mengingat pesta kita menyenangkan, banyak cerita bahagia & ketawa.
Dan bayangkan perasaan pasangan & keluarga besarnya dikasih tontonan kaya gitu.


4. Oh dan nggak usah ribet dengan kebangaan “mantanku belum move on” sampai saatnya aku menikah. Itu bukan pencapaian. Fokus aja ke kehidupan baru kamu. Apa jangan-jangan kamu yang belum move on dan maksa kawin sama orang lain.

Kurang lebih seperti itu juga unek-unek yang ingin saya sampaikan pada Gita. Kecuali ya memang Gita ada misi khusus dengan pernikahan mantannya ini.

Bagikan artikel ini
Terbaru
seneca

Luck is what happens when preparation meets opportunity

- Seneca -
Mau dikirimin artikel terbaru dong!

Jumlah TikTokers di Indonesia lebih dari 100 juta akun, salah satu yang terbanyak di dunia. Saya seakan tidak punya alasan untuk melewatkan TikTok sebagai media belajar dan sharing. Jadi, ketemu di sana juga yuk!

KENALAN YUK

Jika merasa konten di sini bermanfaat, minta tolong di-share ya artikelnya. Saya juga terbuka kalau teman-teman ingin berdiskusi.

kirim email