Sekitar 10 tahun lalu, lebih-kurang, saya sering nonton “Wisata Hati”, sebuah program religi di salah satu TV swasta yang diisi oleh Yusuf Mansur. Banyak yang beliau bahas, tapi yang cukup teringat sepertinya soal sedekah dan matematika sedekah.
Satu pelajaran penting yang saya ambil dari “kampanye” sedekah beliau adalah tentang Tuhan yang selalu ada untuk menolong umat-Nya.
Jadi bukan soal “beri satu lalu Tuhan akan balas 10, 70, 700 dan seterusnya” atau “beri motor kemudian dikasih mobil”. Bukaaan.
Kampanye soal sedekah ini kemudian (kayaknya) jadi tonggak terkenalnya beliau. Semakin terkenal maksudnya. Ceramah-nya kemudian ada di mana-mana.
Balik lagi ke “Wisata Hati”, setelah program itu nggak tayang, atau gimana, kurang paham saya, saya “loss contact” sama ceramah-ceramah beliau.
Mulai bermasalah
Long story short, saya kemudian denger berita dia bikin Paytren, dilaporin ke polisi gara-gara program patungan usaha, dan beliau aktif investasi saham (sayangnya di saham-saham yang dipertanyakan fundamentalnya).
Trus ada juga berita soal anaknya yang tersandung masalah nge-klaim lulusan kampus tertentu. Lalu anak yang sama juga bikin heboh dengan koin tokennya. Dan yang terbaru adalah video beliau marah-marah soal Paytren.
Jujur aja ngeliat video beliau marah-marah itu saya kayak.. kasian. Apalagi liat meme dan baca-baca komen negatif di sosmed. Orang-orang menekankan bahwa beliau seperti penjual agama demi dunia.
“Menduniakan sedekah”, seperti judul tulisan ini, bisa mempunyai dua arti. “Menduniakan” bisa berarti memperkenalkan, membuat luas, membuat banyak orang menjadi lebih aware untuk bersedekah. Saya pikir beliau cukup berhasil melakukan ini.
Di sisi lain, “menduniakan” artinya terlalu mengasosiasikan balasan Tuhan atas sedekah pada hal-hal terkait dunia, materi, uang, kekayaan. Ini jelas nggak disarankan, seperti tertulis dalam Hud ayat 15-16.
Mungkin ini juga yang kemudian ngasih image kurang baik ke beliau. Ada satu komentar di sosial media yang cukup menarik menurut saya yang bilang bahwa Yusuf Mansur sedang diuji oleh teori sedekahnya sendiri. Wallahu alam.
Sedekah, berapapun jumlahnya, bagaimanapun caranya, apapun tujuannya, lakuin aja dulu. Tuhan selalu lebih tahu balasan mana yang lebih pas. Ini pesan terutama buat saya sendiri.
Intinya jangan berhenti berbuat baik.
Baca juga: Teruslah memberi, teruslah jadi orang baik
Photo by Bayu Prayuda on Unsplash